Sukses

Pengamat: Pemerintah Perlu Waspadai Kenaikan Harga Jelang Puasa

Ekonom Indef, Enny Sri Hartati menuturkan, pemerintah tak boleh lengah untuk memastikan stok kebutuhan pokok jelang Ramadan dan Lebaran.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah diminta untuk terus waspada terhadap gejolak kenaikan harga bahan kebutuhan pokok jelang Ramadan.

Meski saat ini cenderung stabil namun bukan berarti tidak ada potensi kenaikan harga mendekati bulan puasa dan Lebaran nanti.

Pengamat Ekonomi dari Instituf for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati mengatakan, ‎langkah pemerintah mengendalikan stok dan harga bahan kebutuhan pokok terutama dalam menyambut bulan puasa dan Lebaran tahun ini mulai menampakkan hasil.

Paling tidak, harga gula pasir, daging dan minyak goreng berangsur stabil sejak dilaksanakan kebijakan harga eceran tertinggi (HET).

Dia menuturkan, stabilitas pasokan dan harga menjelang puasa dan Lebaran ini bisa dibilang sebuah prestasi. Meski demikian, pemerintah tidak boleh lengah dan harus belajar dari pengalaman-pengalaman sebelumnya.

"Problem kita selama ini menjelang Ramadan adalah selalu bahwa stok cukup, tetapi mengapa di injury time selalu berfluktuasi. Artinya, harus dipastikan ada instrumen pemerintah yang benar-benar bisa mengintervensi pasar komoditas kita. Ternyata pengalaman kita selama ini, stok yang cukup itu tidak cukup," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (5/5/2017).

Sementara itu, Pengamat kebijakan publik dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Suwidi Tono menyatakan, pemerintah harus berani bersikap tegas pada oknum-oknum yang bermain pada harga dan pasokan bahan kebutuhan pokok.

Sebab menurut dia, ada permainan oknum-oknum seperti ini juga menyebabkan harga bergejolak meski sebenarnya pasokan mencukupi. "Kalau pemerintah bisa tegas, harga akan stabil, dan akan tidak ada lagi itu yang namanya mafia pangan," kata dia.

‎Suwidi juga mengingatkan beberapa cara yang mesti ditempuh pemerintah untuk melawan mafia pangan, seperti memperketat pengawasan terhadap sirkulasi kebutuhan pokok yang masuk ke Jakarta.

"Selain pengawasan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan pemerintah adalah tegas mengambil tindakan, seperti menutup ritel modern yang ketahuan nakal, cabut izin pedagang, dan kenakan pasal berlapis. Kalau itu bisa diterapkan, mereka pasti akan jera," ujar dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Stok Bahan Pokok Aman

Sebelumnya, M‎enteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memastikan ketersediaan stok bahan kebutuhan pokok menjelang puasa dan Lebaran 2017 cukup hingga 4-5 bulan ke depan. Harga bahan kebutuhan pokok di pasaran pun cenderung stabil.

Bahkan menurut dia, ketersediaan stok dan kestabilan harga bahan kebutuhan pokok ini dapat menekan laju inflasi April 2017. Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi April 2017 tercatat sebesar 0,09 persen.

"Rata-rata stok bapok (bahan pokok) cukup hingga 4-5 bulan ke depan. Harga terkendali sampai sekarang dan kita akan tetap kendalikan terus. Bahkan pada bulan April kita juga dapat menekan laju inflasi," ujar dia.

Enggartiasto menyatakan, tren kenaikan harga yang biasanya terjadi dua bulan menjelang Lebaran, kali ini tidak terjadi.

"Biasanya dua bulan menjelang Lebaran terjadi tren kenaikan harga. Namun, kali ini hal itu tidak terjadi dan akan terus kami kontrol. Kenaikan harga biasanya disebabkan ulah para spekulan yang mencoba mencari keuntungan dengan merugikan masyarakat dengan menahan suplai dan dilepas pada saat harga naik," jelas dia.

Dengan ketersediaan stok dan harga yang relatif stabil ini, lanjut dia, diharapkan masyarakat bisa fokus beribadah dengan baik saat puasa dan menjelang Lebaran, tanpa harus memikirkan mahalnya harga bahan kebutuhan pokok.

"Biarlah mulai tahun ini ibu-ibu rumah tangga tersenyum menyambut puasa dan Lebaran serta semua bisa beribadah dengan tenang, tidak pusing akibat tekanan harga-harga bapok yang melambung karena permainan harga para spekulan," kata dia.

Enggartiasto menjelaskan, stok minyak goreng, gula, beras, dan daging sapi sudah tersedia untuk digelontorkan jika terjadi kelangkaan pasokan dan kenaikan harga.

Stok minyak goreng yang ada di pemerintah saat ini sebanyak 1,5 juta liter, gula tersedia 460 ribu ton, stok beras melimpah mencapai 2,1 juta ton, serta daging sapi beku sebanyak 40 ribu ton dan 51 ribu ton lainnya sedang dalam perjalanan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.