Sukses

Sontek India, Pemerintah Ingin Sampah Jadi Bahan Baku Jalan

Perlu langkah tepat guna mengatasi sampah yang selama ini selalu dinilai sebagai masalah, dengan cara mengolahnya menjadi produk bermanfaat.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah akan mengubah status sampah yang awalnya sebagai sumber masalah, menjadi barang bermanfaat seperti energi listrik dan bahan baku pembuatan jalan.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, perlu langkah tepat guna mengatasi sampah yang selama ini selalu dinilai sebagai masalah, yaitu dengan cara mengolahnya menjadi produk yang bermanfaat.

 ‎"Sampah ini betapa besar masalahnya, tidak bisa disederhanakan, ‎setelah dipilah dan dibuang," kata dia saat menghadiri Gerakan Aksi Bersih di kampung nelayan Cilincing, Jakarta, Sabtu (6/5/2017).

Menurut Luhut, produk yang bisa dihasilkan dari pengelolaan sampah adalah energi listrik. Sedangkan khusus sampah plastik bisa menjadi bahan baku pembuatan jalan.

Hal tersebut yang telah dilakukan di India. Dari plastik olahannya, India membuat jalan sepanjang 26 ribu kilometer (km). ‎"Kita bikin energi sampah, bisa jadi listrik. Yang plastik tadi kita bikin jalan di India sudah 26 ribu km jalan dari plastik," ‎tutur Luhut.

Apalagi pembuatan jalan berbahan baku plastik jauh lebih murah 10 persen dibanding yang berbahan baku konvensional‎.

Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pun telah melakukan kesepakatan kerja sama dengan India untuk mempelajari pemanfaatan sampah sebagai bahan baku pembuatan jalan.

"Itu lebih murah 10 persen, itu sudah dilakukan India. Kita sudah tanda tangan kerja sama dengan India dengan PUPR. Kita coba untuk membuat jalan," ujar Luhut.

Asisten Deputi Kemaritiman Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Nani Hendiarti sebelumnya mengatakan, proses daur ulang sampah plastik sebagai bahan baku jalan cukup sederhana. Caranya, plastik sampah dicacah dan dilebur dalam aspal panas.

"Proses menggunakan semua jenis sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang. Proses ini ekonomis karena bisa menghemat 6,5 persen dari jalan yang biasa dibuat dengan aspal murni," kata dia dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Minggu (26/3/2017).

Dia mengatakan, jalan ini memiliki ketahanan yang lebih lama dan memberikan dampak positif bagi lingkungan. "Jalan ini memiliki sisi ketahanan yang lebih lama serta memiliki dampak positif terhadap lingkungan untuk teknologi daur ulang yang terbilang aman," ucap dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.