Sukses

OPEC Beri Sinyal Perpanjangan Kesepakatan, Harga Minyak Naik

Harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan dunia naik 24 sen atau 0,5 persen menjadi US$ 49,34 per barel.

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak mentah naik pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta), setelah sepanjang perdagangan mengalami gejolak yang cukup tinggi. Kenaikan harga minyak setelah adanya pernyataan dari negara-negara penghasil minyak utama untuk mengurangi pasokan minyak hingga 2018.

Mengutip Reuters, Selasa (9/5/2017), harga minyak mentah Brent yang menjadi patokan dunia naik 24 sen atau 0,5 persen menjadi US$ 49,34 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS menguat 21 sen menjadi US$ 46,43 per barel.

Harga minyak telah tertekan dalam beberapa hari terakhir karena pelaku pasar khawatir mengenai pengurangan pasokan minyak global tidak akan turun secepat yang diperkirakan.

Pada akhir tahun lalu, negara-negara yang tergabung dalam organisasi pengekspor minyak (OPEC) dan beberapa negara non-OPEC seperti Rusia sepakat untuk mengurangi produksi minyak mentah sebesar 1,8 juta barel per hari.

Pengurangan pasokan tersebut dilakukan selama enam bulan sejak awal Januari hingga akhir Juni tahun ini. Kesepakatan tersebut untuk mengurangi pasokan minyak yan ada di dunia.

Adanya berita bahwa negara-negara tersebut akan mempertahankan kesepakatan menjadi lebih panjang atau adanya kemungkinan pengendalian produksi tersebut akan bertahan hingga 2018 menjadi pendorong penguatan harga minyak mentah pada perdagangan sepanjang Senin.

Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih pada hari Senin mengeluarkan pernyataan yang memberikan sinyal kuat mengenai rencana OPEC untuk memperpanjang kesepakatan tersebut dengan mengatakan OPEC akan melakukan apapun yang diperlukan untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan pasar.

"Pelaku pasar sudah melihat sendiri bagaimana OPEC menjalankan kebijakan tersebut dan bagaimana anggota OPEC patuh dalam kesepakatan tersebut," jelas Kepala Riset Komoditas Commerzbank, Eugen Weinberg.

Namun memang, hal tersebut tidak bisa mendorong harga minyak terlalu tinggi mengingat masih ada beberapa negara produsen minyak di luar yang melakukan kesepakatan yang melakukan produksi secara besar-besaran.

Produksi minyak AS naik lebih dari 10 persen sejak pertengahan 2016 hingga 9,3 juta barel per hari, tertinggi sejak Agustus 2015 dan mendekati tingkat produksi produsen minyak utama yaitu Rusia dan Arab Saudi. (Gdn/Ndw)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.