Sukses

Menpar Arief Yahya: Ambisi RI Kalahkan Wisata Malaysia

Pemerintah menargetkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada 2019 mencapai 20 juta kunjungan.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menargetkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada 2019 mencapai 20 juta kunjungan. Pada 2016, ‎jumlah kunjungan wisman tercatat baru mencapai 10 juta kunjungan. Selisih sekitar 10 juta kunjungan tersebut mau tak mau harus dicapai dalam waktu kurang dari tiga tahun.

Tentu saja, untuk mencapai target tersebut, Kementerian Pariwisata masih harus menyelesaikan banyak tantangan dan permasalahan.

Dalam ajang World Travel and Tourism Council (WTTC) The Global Summit yang berlangsung di Bangkok, Thailand pada akhir April 2017 lalu, Liputan6.com mendapatkan kesempatan untuk berbincang khusus dengan Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Mantan Direktur Utama PT Telkom tersebut memaparkan tantangan yang harus dihadapi serta strategi pemerintah untuk mencapai target 20 juta kunjungan wisman.‎

Berikut ini kutipan wawancaranya:

Bagaimana posisi Indonesia di antara negara-negara ASEAN lain pada sektor pariwisata?

Kita berada di nomor empat, yang terbaik itu Thailand. Kalau Indonesia punya Bali, ASEAN itu punya Thailand. Bangkok ini saja bisa mengalahkan se-Indonesia. Kita harus banyak belajar dari Thailand.

Kemudian, Malaysia nomor 2, dengan 25 juta kunjungan. Kita harus belajar cross border tourism. Dia bisa attract orang Indonesia dengan health tourism, bisa attract orang Singapura dengan wisata belanja. Dia pintar, dibuatkan jembatan.

Nomor 3, Singapura. Karena dia hub untuk trade dan investment, dia bagus juga. 15 juta kunjungan.

Berapa jumlah kunjungan wisman Indonesia pada saat ini dibandingkan ketiga negara tersebut?

‎Kita sebenarnya 12 juta pengunjung, tapi kalau dibulatkan kita 10 juta, Singapura 15 juta, Malaysia 25 juta, Thailand 32 juta. Tapi di antara negara-negara ini yang paling tinggi tumbuhnya adalah Indonesia.

Kita tumbuh 15 persen, Thailand tumbuh kurang dari 10 persen, Malaysia relatif stagnan, Singapura juga waktu itu 2 persen.‎ Jadi meski kita nomor 4, kita tumbuh paling bagus. Kita bagus di pertumbuhan.

Indonesia masih punya potensi untuk menyusul Thailand?

Kalau mau menyusul, susul dulu Malaysia, terutama dalam foreign exchange visit, devisanya. Sekarang posisi kita sekitar US$ 12 miliar. Malaysia sudah US$ 20 miliar, yang akan kita kejar devisa. 2019 kita harapkan sudah melampaui Malaysia.

Semoga Presiden berikutnya yang bisa melampaui Thailand, dia US$ 42 miliar.

Makanya 20 persen dari GDP Thailand itu dari tourism, Malaysia 12 persen, Indonesia baru 10 persen.‎ Padahal kalau dari potensi culture, natural resources negara kita itu top 20 di dunia. Jadi kalau alam kita indah, culture bagus, dunia bilang begitu. Attraction kita bagus.

Apa kelemahan kita dibandingkan dengan negara ASEAN lain?

Kelemahan kita di akses dan amenitas atau fasilitas pendukung. Untuk akses, sekarang presiden sedang membangun besar-besaran infrastruktur. Amenitas sekarang kita membangun 10 Bali baru. Itu yang diinginkan Presiden, menteri-menteri hanya menjalankan saja.

Apa sebenarnya tantangan pengembangan pariwisata di Indonesia?

Tantangan terbesar kita, ada tiga besar. Pertama, yang sedang populer masalah health dan higiene, yaitu sampah. Termasuk Bali. Bali akan menjadi tuan rumah Annual Meeting IMF World Bank 2018, momentum ini kita gunakan untuk membuat Bali bebas sampah. Bali sebagai model tourism.

Kedua, enviromental sustainability, kita harus mempertahankan ekosistem, eko wisata. Kita tidak boleh merusak. Pariwisata itu semakin menyejahterakan, semakin melestarikan semakin sejahtera.

Ketiga, infrastruktur. Kalau ini kita sudah tahu semua.‎ Nah, yang dua di atas kita tidak sadar, health and higiene kita rangking di bawah 100, begitu juga untuk enviromental sustainability. Jelek banget. Makanya tantangan terbesarnya itu.

Lantas pembenahan di sektor pariwisata ini menjadi tanggung jawab siapa?

Itu tanggung jawab bersama, pemerintah pusat harus membuat policy, pemerintah daerah harus melakukannya, terutama soal kebersihan. Fokus lah ke kebersihan. Malu kita kalau tidak bersih negara ini.

Terakhir, bagaimana dengan target 20 juta kunjungan wisman, apakah ini terlalu berat?

‎20 juta itu target Pak Presiden. Berat sekali, tapi kalau tidak dicapai bangsa ini menjadi bangsa pecundang. Pokoknya anda mau tidur mau nggak 20 juta harus tercapai. (Dny)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.