Sukses

10 Saham Emiten RI Masuk Jajaran Indeks Saham Global

MSCI menambah 10 saham dari saham-saham Indonesia yang masuk indeks saham MSCI small cap.

Liputan6.com, Jakarta - Morgan Stanley Capital International (MSCI Inc) kembali mengubah komposisi saham di sejumlah indeks saham MSCI. Salah satunya indeks Morgan Stanley Composite (MSCI) untuk small cap atau saham berkapitalisasi kecil.

Perubahan komposisi saham itu akan mulai berlaku pada 31 Mei 2017. Ada sejumlah saham dari pasar saham Indonesia yang masuk dalam indeks MSCI global small cap atau saham kapitalisasi kecil.

MSCI menambahkan saham PT Blue Bird Tbk (BIRD), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID), PT Harum Energy Tbk (HRUM), PT Indofarma Tbk (INAF), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), PT Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) dalam indeks saham MSCI small cap tersebut.

Mengutip laman MSCI.com pada Selasa (16/5/2017), MSCI juga menghapus sejumlah saham dari pasar saham Indonesia dalam jajaran indeks saham small cap antara lain PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Arwana Citramulia Tbk, PT Bisi Internasional Tbk (BISI), PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK), dan Multipolar Corp.

Analis PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menuturkan, faktor fundamental, prospek usaha dan transaksi harian atau likuiditas di pasar menjadi pertimbangan untuk masuk ke indeks saham MSCI. Sejumlah saham yang masuk indeks saham MSCI small cap menurut Alfred menunjukkan fundamental dan likuiditas saham di tinggi.

Misalkan, saham PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP). Alfred menuturkan, fundamental perseroan dan likuditas naik signifikan menjadi faktor yang mendorong saham WSBP masuk MSCI. Berdasarkan laporan keuangan yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Waskita Beton Precast Tbk mencatatkan pendapatan naik 72,61 persen menjadi Rp 1,21 triliun hingga kuartal I 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 705,86 miliar. Selain itu, laba tahun berjalan naik 93,99 persen menjadi Rp 196,70 miliar.

Selain itu, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) juga masuk dalam indeks saham MSCI small cap. Alfred mengatakan, ada perbaikan fundamental perusahaan dengan harga batu bara membaik di kisaran US$ 78 per metric ton (mt) menjadi penopang kinerja perseroan.

"Setelah mereka (Bumi Resources) alami harga batu bara yang bagus dan kurangi utang, sahamnya likuid di pasar jadi alasan mendasar masuk indeks saham MSCI. Pertimbangannya fundamental, pertumbuhan ke depan," jelas Alfred saat dihubungi Liputan6.com.

Alfred menambahkan, masuknya sejumlah saham ke indeks MSCI small cap juga menjadi sentimen positif. Alfred menuturkan, sejumlah saham masuk ke indeks saham MSCI small cap menguat. "Ketika MSCI melakukan rebalanciing portofolio biasanya saham-saham yang masuk ke MSCI alami penguatan," ujar dia.

Berdasarkan data RTI, pada perdagangan Selasa pekan ini, saham WSBP naik 1,67 persen ke level Rp 488 per saham, saham TBLA melonjak 2,51 persen ke level Rp 1.430 per saham, saham NIKL stagnan di kisaran Rp 5.250 per saham.

Selain itu, saham BHIT menanjak 3,42 persen ke level Rp 125 per saham, saham MEDC menguat 5,86 persen ke level Rp 2.710 per saham, saham INAF naik 3,53 persen ke level Rp 3.230 per saham, saham HRUM turun 0,48 persen ke level Rp 2.060 per saham.

Saham DOID naik 1,14 persen ke level Rp 885 per saham, saham BUMI mendaki 1,15 persen ke level Rp 352 per saham, dan saham BIRD naik 1,78 persen ke level Rp 4.000 per saham.

Ia menuturkan, saham-saham Indonesia yang masuk indeks MSCI small cap juga membuat segmen pasar menjadi luas. Investor asing dan institusi yang menyesuaikan dengan indeks saham MSCI akan melakukan rebalancing portofolionya. "Bila ada saham yang dikeluarkan dari indeks MSCI maka mereka (investor asing dan institusi) akan menguranginya dan keluarkan, dan kalau ada yang baru mereka akan tambah sahamnya," kata dia.

Alfred pun memilih saham PT Waskita Beton Precast Tbk (WSBP) untuk dicermati pelaku pasar saham dengan target harga saham Rp 650 pada 2017.

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.