Sukses

Harga Melambung, Jengkol Mulai ‎Langka di Pasar Senen

Kenaikan harga jengkol terjadi sejak 1 bulan lalu.

Liputan6.com, Jakarta Harga dan pasokan bahan pangan seperti cabai, bawang, dan daging sapi terpantau stabil jelang bulan puasa. Harga sayur yanng naik cukup tinggi adalah jengkol, bahkan pasokan komoditas ini mulai langka di pasar.

Di Pasar Senen, Jakarta Pusat contohnya. Pedagang sayur mayur yang biasa menjual jengkol mengaku sulit mendapatkan jengkol. "Jengkol lagi kosong di sini," kata pedagang sayur mayur Azis (38) ‎saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Jumat (26/5/2017).

Dari hasil penelusuran di Pasar Senen, di lapak-lapak sayur mayur‎, memang tidak terlihat ada jengkol. Hal ini diakui pula Abidin (30). Pria asal Bogor ini mengaku masih menjual jengkol seminggu yang lalu. Saat itu, harganya Rp 50 ribu-Rp 60 ribu per kilogram (kg).

"Tapi setelah harga segitu, sudah tidak ada lagi barangnya di Pasar Bogor, tempat saya mengambil sayur mayur. Sampai sekarang kosong, tidak ada barang, tidak jual," dia menambahkan.

Menurut Abidin, harga Rp 60 ribu untuk jengkol termasuk tinggi. Pedagang pun tidak kuat jika harus terus menerus menjual dengan harga sebesar itu. "Kalau harga sudah Rp 60 ribu, susah jual. Permintaan ada tapi kan tidak banyak," paparnya.

Usut punya usut, diakui Abidin, pasokan jengkol saat ini langka karena jengkol merupakan buah musiman. "Jengkol kan buah musiman. Tidak tahu deh kapan ada lagi. Yang pasti di pasar ini jengkol kosong," dia menambahkan.

Sebelumnya Janopi (40), pedagang sayuran di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mengatakan kenaikan harga jengkol terjadi sejak 1 bulan lalu. Kenaikan ini berlangsung secara bertahap hingga harga mencapai Rp 90 ribu-Rp 100 ribu per kg saat ini.

"Naiknya sudah dari sebulan lalu. Harganya juga beda-beda, tergantung ukuran. Kalau yang besar sudah Rp 100 ribu, yang kecilan Rp 90 ribu. Pas Lebaran mungkin masih tinggi," ujar dia.

Pria asal Pati, Jawa Tengah, tersebut mengungkapkan, akibat kenaikan ini pembeli sayuran yang terkenal dengan baunya yang khas tersebut berkurang. Jika biasanya sehari dia bisa menjual 30 kg, kini hanya kurang dari 10 kg.

‎"Jengkol ini kalau harganya sudah di atas Rp 60 ribu, yang beli biasanya orang yang butuh seperti warung makan, pesanan. Kalau rumah tangga jarang, jadi berkurang. Kan, normalnya saja cuma Rp 30 ribu-Rp 40 ribu per kg," tutur dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.