Sukses

Wall Street Tergelincir Jelang Pemilu Inggris

Para pelaku pasar menghindari aset berisiko jelang beberapa kejadian besar yang akan berlangsung pada Kamis pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street berakhir di zona merah pada perdagangan saham Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Para pelaku pasar menghindari aset berisiko jelang beberapa kejadian besar yang akan berlangsung pada Kamis pekan ini.

Mengutip Reuters, Rabu (7/6/2017) Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 47,81 poin atau 0,23 persen menjadi 21.136,23. Indeks S&P 500 kehilangan 6,77 poin atau turun 0,28 persen menjadi 2.429,33. Sedangkan Nasdaq Composite melemah 20,63 poin atau 0,33 persen menjadi 6.275,06.

Beberapa saham yang menjadi penekan Wall Street adalah saham Amazon yang melemah 0,8 persen, saham Walmart turun 1,7 persen menjadi US$ 78,93. Saham Macy's tergelincir 8,2 persen menjadi US$ 21,90 dan saham J.C. Penney turun 4,1 persen.

Sentimen yang mempengaruhi gerak Wall Street sepanjang perdagangan Selasa adalah pemilihan umum Inggris, pertemuan pengampu kebijakan ekonomi zona Eropa dan juga rencana kesaksian mantan direktur FBI James Comey di depan senat.

Comey sedang menyelidiki kasus keterkaitan kampanye presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Rusia. Ada dugaan bahwa Rusia melakukan usaha atau kolusi untuk mempengaruhi hasil pemilihan presiden AS pada 2016 lalu.

Pelaku pasar memperkirakan dengan adanya kasus ini akan membuat rencana reformasi ekonomi Donald Trump bakal terhambat. Salah satu yang sangat ditunggu-tunggu pelaku pasar adalah rencana pemotongan pajak.

Sentimen lain yang mempengaruhi gerak Wall Street adalah pemilu Inggris yang berlangsung pada Kamis waktu setempat. Para investor sedang mencermati hasil survei dari beberala lembaga.

Hasil dari pemilu Inggris ini akan sangat mempengaruhi gerak pasar saham seperti keputusan Inggris keluar dari zona Eropa (Brexit) pada pertengahan 2016 lalu yang memberi dampak negatif terhadap ekonomi Inggris.

Berdasarkan salah satu survei, Perdana Menteri Inggris Theresa May yang berasal dari Partai Konservatif mendapatkan dukungan yang cukup dari parlemen. Namun terdapat survei lain yang mengunggulkan wakil dari Partai Buruh yang berpotensi untuk menang.

Selain itu, investor juga waspada dengan pertemuan Bank Sentra Eropa. Para pelaku pasar berharap hasil pertemuan dari Bank Sentral Eropa akan bisa membantu pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.

"Ada banyak sentimen yang akan terjadi pada Kamis nanti. Ini menjadi penyebab volatilitas yang terjadi saat ini," jelas Presiden Abel Noser, New York, AS, Anthony Conroy.

"Saat ini Anda harus menempatkan posisi terhadap apapun yang terjadi pada Kamis nanti," tambahnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.