Sukses

Top 3: Trik Hadapi Kantong Tipis Usai Lebaran

Berikut ini tiga artikel terpopuler di kanal bisnis Liputan6.com pada Kamis (29/6/2017):

Liputan6.com, Jakarta - Sehabis puasa dan Idul Fitri, beberapa masalah keuangan yang kerap muncul adalah kurangnya keuangan akibat pengeluaran bulanan yang cenderung meningkat.

Diskon besar-besaran dan juga berbagai promo menarik di pusat perbelanjaan sering membuat orang akhirnya tidak mengatur pengeluarannya dengan bijak.

Ketidakdisiplinan lah yang menjadi penyebab utama mengapa sampai terjadi defisit saat Lebaran dan hari-hari selanjutnya.

Artikel mengenai cara menutup kekurangan keuangan usai Lebaran menjadi artikel yang banyak dibaca. Selain itu masih ada beberapa artikel lain yang layak untuk disimak.

Lengkapnya, berikut ini tiga artikel terpopuler di kanal bisnis Liputan6.com pada Kamis (29/6/2017):

1. Langsung Bokek Pasca Lebaran? Ini 5 Trik Jitu Hadapinya

Ada beberapa cara yang bisa diikuti untuk menanggulangi defisit saat Lebaran dan hari-hari selanjutnya. Akan tetapi, cara-cara ini tentu harus dilakukan dengan kedisiplinan serta sikap mawas diri yang besar terhadap keuangan.

Salah satu caranya adalah hitung kembali kebutuhan. Dengan sisa uang yang Anda miliki saat ini, coba kalkulasi kembali kebutuhan apa saja yang Anda butuhkan sampai hari gajian tiba.

Setelahnya golongkan kebutuhan menjadi bagian yang penting dan tidak. Cara ini bisa membantu Anda mengetahui apa saja kebutuhan yang benar-benar Anda butuhkan.

Berita selengkapnya lihat di sini

2. Pengusaha Puji Pemerintah soal Atur Harga Pangan Saat Lebaran

Langkah pemerintah untuk mengontrol harga pangan Lebaran tahun ini lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Harga pangan pun terkendali saat Ramadan dan Lebaran.

Wakil Ketua Umum Kadin DKI Jakarta, Sarman Simanjorang menerangkan, stabilitas harga pangan tak lepas dari kebijakan pemerintah dalam menetapkan harga eceran tertinggi (HET). Sebut saja, gula saat ini dijual maksimal Rp 12.500 per kg, minyak goreng kemasan sederhana Rp 11.000 ribu per liter, dan daging beku Rp 80.000 ribu per kg.

Berita selengkapnya lihat di sini

3. Penyebab Bisnis 7-Eleven Tumbang di Indonesia

PT Modern Internasional Tbk (MDRN) melalui anak usahanya PT Modern Sevel Indonesia memutuskan untuk menutup kegiatan usaha gerai 7-Eleven (Sevel) per 30 Juni 2017. 7-Eleven tutup setelah menjadi salah satu tempat nongkrong favorit anak muda Jakarta. Tutupnya 7-Eleven sendiri ditengarai karena beberapa sebab.

Ketua Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) Levita Supit, menerangkan, sejak pertama kali membuka gerai pada 2009, 7-Eleven menarik minat masyarakat. 7-Eleven memiliki daya tarik lantaran minimarket ini dilengkapi tempat santai bagi konsumen.

Berita selengkapnya lihat di sini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini