Sukses

Tawaran Masuk OPEC Jadi Tanda RI Diperhitungkan Dunia

Indonesia mendapat tawaran dari OPEC untuk kembali menjadi anggota.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mendapat tawaran dari Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) untuk kembali menjadi anggota. Saat ini, pemerintah sedang mempertimbangkan ajakan tersebut.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, tawaran OPEC tersebut menandakan Indonesia negara yang cukup diperhitungkan. Saat ini, produksi minyak nasional di bawah 1 juta barel per hari, sementara konsumsi lebih dari produksi tersebut.

"Kita tunggu saja, mereka ingin Indonesia masuk. Itu hebat," kata Luhut, di Jakarta, Selasa (11/7/2017).

Luhut mengungkapkan, tawaran untuk masuk kembali ke OPEC menunjukkan bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki pengaruh besar di kalangan negara eksportir minyak. Saat ini pemerintah sedang melakukan pertimbangan untuk kembali menjadi anggota organisasi tersebut.

"Tentu mereka melihat bahwa kehadiran Indonesia berpengaruh di sana. Kita sedang menghitung untung rugi masuk kembali ke sana," jelas Luhut.

Sebelumnya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar mengatakan, bahwa OPEC telah menawarkan kepada Indonesia untuk masuk kembali ke organisasi tersebut. "Benar, kita ditawarkan kembali ke OPEC. Kita kirimkan surat ke OPEC dibahas di internal OPEC," kata Arcandra di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (7/7/2017).

Menurut Arcandra, Pemerintah Indonesia tidak langsung menerima tawaran tersebut, karena ada syarat yang harus dipenuhi OPEC, yaitu Indonesia mendapat keistimewaan dari setiap kesepakatan yang diambil anggota OPEC. "Kita berharap bisa mendapat pengecualian," tegas Arcandra.

Dia mengungkapkan, keinginannya tersebut bertujuan agar keanggotaan Indonesia di OPEC nantinya, sejalan dengan ‎strategi nasional. Itu karena keputusan Indonesia keluar dari OPEC dilatarbelakangi kesepakatan anggota mengurangi produksi minyak, untuk memperbaiki harga minyak yang sedang anjlok.

Hal tersebut tidak sejalan dengan strategi nasional, di mana Indonesia justru sedang berusaha menggenjot produksi minyak untuk memperkuat ketahanan energi.

"Ini harus sesuai dengan strategi nasional kita, kan awalnya ada strategi yang tidak sejalan. Kita ingin meningkatkan produksi, tapi kesepakatannya di cut off," dia menandaskan.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.