Sukses

Pertamina Cari Kandungan Migas di Jonggol?

Saat ini, Pertamina tetap terus mencoba mencari sumber migas baru di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) mengakui pernah melakukan pencarian minyak dan gas (migas) di Jonggol, Jawa Barat. Namun, ternyata dalam pencarian tersebut perusahaan tidak berhasil menemukan kandungan migas.

Direktur Hulu Pertamina Syamsu Alam mengatakan, Pertamina melalui anak usahanya PT Pertamina EP melakukan survei seismik untuk mendeteksi kandungan migas, di Jonggol pada 1999 sampai awal tahun 2000. "Memang itu wilayah Pertamina EP, di awal 2000 kita lakukan survei seismik di sana," kata Syamsu, di Gedung DPR, ‎Senin (17/7/2017).

Setelah dilakukan eksplorasi untuk mencari kandungan migas, Pertamina EP tidak menemukan migas di wilayah tersebut. Akhirnya, kegiatan tersebut dihentikan. "Ternyata dryhole (tidak menemukan kandungan migas), tidak berhasil," tuturnya.

Syamsu mengungkapkan, lahan yang menjadi tempat pemboran tersebut sudah dibebaskan Pertamina, meski tidak mendapatkan hasil. Hal tersebut menjadi risiko dalam kegiatan pencarian migas. "Memang kita sudah melakukan pembebasan lahan, itulah risiko. Seperti di tempat lain‎ juga kalau tidak menemukan lahan sudah dibebaskan," tutup Syamsu.

Saat ini, Pertamina tetap terus mencoba mencari sumber migas baru di Indonesia. Terbaru,  PT Pertamina EP sedang mempersiapkan kegiatan pengeboran lepas pantai pertama di di sekitar wilayah Laut Jawa Bagian Timur Poleng Field.

Public Relation Manager PT Pertamina EP Muhammad Baron mengatakan, pencarian minyak dan gas (migas) di lepas pantai tersebut pertama dilakukan. Sumur yang akan dibor, bernama Poleng N2 atau sumur CW-12H yang memiliki koordinat permukaan X : 708,283.73 ; Y : 9.259.346,09.

"Saat ini kami tengah mempersiapkan segala sesuatu guna kelancaran proses pemboran lepas pantai di Poleng Field. Saat ini Rig ENSCO 67 yang akan kami gunakan untuk melakukan pemboran sedang dilakukan inspeksi menyeluruh," kata Baron, di Jakarta, Senin (17/7/2017).

‎Menurut Baron, kegiatan pengeboran mulai dilaksanakan awal Agustus 2017, dengan estimasi durasi pekerjaan mencapai 45 hari, dengan target kedalaman mencapai 9.000 ft dan perkiraan biaya mencapai US$ 15 Juta "Insya Allah apabila semua persiapan berjalan lancar," ucap Baron.

Baron menjelaskan, melalui kegiatan pengeboran ini diharapkan mampu menghasilkan minyak 700 barel per hari (bph) dan gas sebesar 1,2 juta kaki kubik per hari (MMSCFD). Selain itu pemboran ini juga bertujuan untuk menambah titik serap hidrokarbon di area CW dan DW.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.