Sukses

Kenaikan Permintaan Fisik Bikin Harga Emas Cetak Rekor

Harga emas di pasar spot naik 0,7 persen ke level US$ 1.242,41 per ounce.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas kembali melonjak naik dan mencetak level tertinggi dalam dua pekan ini pada perdagangan Selasa. Kenaikan harga emas ini karena permintaan fisik yang menguat sekaligus pelemahan nilai tukar dolar AS.

Mengutip Reuters, Rabu (19/7/2017), harga emas di pasar spot naik 0,7 persen ke level US$ 1.242,41 per ounce, setelah sebelumnya sempat menyentuh level US$ 1.244,30 per ounce yang merupakan level tertinggi sejak 30 Juni. Sedangkan harga emas di pasar berjangka naik 0,7 persen ke level US$ 1.241,90 per ounce.

Kenaikan harga emas ini karena adanya kenaikan permintaan akan emas fisik atau emas batangan. Data dari konsultan komoditas GFMS menunjukkan bahwa impor emas India naik menjadi sekitar 75 ton pada Juni dari 22,7 ton pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Untuk semester pertama 2017, impor emas India di angka 514 ton. Angka tersebut naik sangat tinggi yaitu mencapai 161 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Analis GFMS mengatakan bahwa lonjakan tersebut disebabkan oleh konsumen India terus memborong emas menjelang kenaikan pajak barang dan jasa di bulan Juli ini. Pajak untuk emas akan naik menjadi 3 persen dari sebelumnya di kisaran 1,2 persen.

"Kami melihat harga emas akan berada di kisaran US$ 1.300 per ounce. pada kuartal ketiga dan selanjutnya nanti," kata analis komoditas ING, Warren Patterson.

"Impor India terus meningkat setelah tahun lalu tidak terlalu cerah. Kami berharap tren ini terus berlanjut dengan perubahan kebijakan pajak," tambah dia.

Selain karena impor India, kenaikan harga emas juga disebabkan pelemahan nilai tukar dolar AS ke level terendah dalam 10 bulan terhadap sekeranjang mata uang utama dunia.

Pelemahan dolar AS ini membuat harga emas lebih murah bagi para pedagang yang bertansaksi menggunakan mata uang di luar Dolar AS.

Pelemahan dolar AS ini terjadi karena kepercayaan masyarakat ke Presiden AS Donald Trump merosot dan kegelisahan atas alur jalan kebijakan Bank Sentral AS.

"Kegagalan Senat untuk mencabut Obamacare memperkuat persepsi dari masyarakat bahwa agenda dari Trump sulit untuk diterapkan," jelas analis logam mulia BMO Capital Markets, New York, AS, Tai Wong.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.