Sukses

Pertama Kali, China Bakal Impor Beras dari AS

Analis menilai China sekarang bergantung pada impor dalam beberapa tahun. Kenaikan impor pangan jadi tantangan pertanian China.

Liputan6.com, London - Produsen beras terbesar di dunia makin ekspansi dan mencari pasokan dari Amerika Serikat (AS). China akan impor beras dari AS untuk pertama kalinya usai kesepakatan perdagangan baru pada Kamis 20 Juli 2017.

"Kesepakatan dengan China telah berjalan selama lebih dari satu dekade dan saya senang melihat akhirnya membuahkan hasil, terutama mengetahui betapa besarnya manfaat bagi petani dan industri," ujar Agriculture Secretary US, Sonny Perdue, yang dikutip dari laman CNN Money, Jumat (21/7/2017).

China menghasilkan beras 20 kali lebih banyak dari Amerika Serikat. Namun, China juga merupakan konsumen terbesar di dunia. China, baru-baru ini telah membeli beras dari luar negeri lebih besar, dan habiskan lebih dari US$ 1 miliar dalam beberapa tahun untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakatnya.

Tahun lalu, China impor sekitar 5 juta ton. Hal itu berdasarkan Departemen Pertanian AS. AS saja tidak dapat memenuhi permintaan itu. Berdasarkan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, AS ekspor sekitar 3-4 juta ton beras per tahun.

China mampu memenuhi kebutuhan beras di dalam negeri. Namun, menurut analis Chatham House, Rob Bailey kalau China sekarang bergantung pada impor dalam beberapa tahun.

Kenaikan impor pangan merupakan tantangan pertanian China. Jumlah populasi orang tua meningkat, hasil panen masih rendah dan tingkat polusi tanah yang tinggi. Perubahan iklim dan polusi juga mengancam produksi.

Bailey menuturkan, China cerdas dalam menemukan sumber baru beras lantaran larangan ekspor sementara dari negara Asia lainnya telah sebabkan masalah di masa lalu.

"China mungkin berpikir kalau mau impor beras jangan terlalu bergantung pada pasar Asia," kata Bailey.

Adapun Departemen Pertanian AS mengatakan, ekspor ke China dapat dimulai begitu pejabat pemerintahan China menyelesaikan audit terhadap fasilitas beras AS. Terkait hal itu, Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan China belum menanggapi kabar itu.

Dalam dua bulan ini ada hal terobosan usai Departemen Perdagangan AS mengumumkan kesepakatan kemungkinan ekspor daging sapi dan gas AS ke China.

Meski ada tanda-tanda kemajuan. Presiden AS Donald Trump telah melihat Beijing sebagai salah satu negara yang praktikkan perdagangan tidak adil. Dia pun ingin mengurangi defisit perdagangan AS dengan China.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.