Sukses

Indef: Beras Oplosan Wajar, Asal Tak Rugikan Konsumen

Beras di pasar hampir semuanya dioplos, karena misalnya kalau tidak campur akan menghasilkan ramuan beras yang tidak diminati masyarakat.

Liputan6.com, Jakarta - Beredarnya beras oplosan di pasar seharusnya tidak menjadi masalah jika memang tidak merugikan konsumen. Namun, jika adanya beras oplosan tersebut menipu konsumen maka sebaiknya ditindak.

Direktur Institute for Development of Economics dan Finance (Indef) Enny Sri Hartati mengungkapkan, beras yang beredar di pasaran bisa dikatakan merupakan hasil oplosan. Sebab, tidak mungkin pengusaha menjual beras tertentu yang hanya berasal dari satu varietas saja.

"Beras di pasar hampir semuanya dioplos, karena misalnya kalau tidak campur akan menghasilkan ramuan beras yang tidak diminati masyarakat. Panda Wangi misalnya, kalau 100 persen Pandan Wangi justru malah tidak menarik karena terlalu wangi. Ini ada tekniknya. Ini para pengusaha yang tahu," ujar dia di Kantor Indef, Jakarta, Kamis (27/7/2017).

Untuk mengetahui apakah beras oplosan tersebut berpotensi merugikan bagi konsumen atau tidak, lanjut Enny, dapat dideteksi oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). Sebab, BSN telah menentukan standar tertentu untuk beras sehingga jika dioplos secara berlebihan, beras tersebut tidak akan sesuai standar dan menyalahi aturan.

"Kan kita sudah punya BSN. Di BSN sendiri tidak ada kewajiban standarisasi, yang ada sukarela. Tapi BSK punya standar 1, standar 2, standar 3 . Namun yang jadi masalah, misalnya beras ‎standar 1 tapi itu tidak dipenuhi atau yang diberikan konsumen tidak sesuai dengan standar itu," jelas dia.

Selain itu, lanjut Enny, para pengusaha beras yang berupaya berlaku curang terhadap produk berasnya biasanya tidak akan mampu bertahan lama. Sebab, jika masyarakat tidak suka akan suatu produk beras lantaran dioplos secara berlebihan, maka produk tersebut akan ditinggalkan dan tidak laku di pasaran.

‎"Tapi yang namanya beras oplosan jamak terjadi di dalam perdagangan beras kita, hal yang wajar. Masalah curang atau tidak itu kembali lagi apa struktur pasar sehat atau tidak. Kalau sistem struktur pasar sehat, kalau pedagang curang akan rugi sendiri. Pasti tidak akan dinikmati konsumen, besok lagi konsumen akan kapok. Apalagi konsumen harus membeli harga mahal tapi kualitasnya jelek. Karena beras dikonsumsi setiap hari, begitu makan berasnya tidak enak, besok pasti tidak mau beli beras yang sama," tandas dia.

Sebelumnya, Tim Satgas Pangan bentukan Kapolri kembali menggerebek gudang beras oplosan. Kali ini di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Seperti ditayangkan Fokus Malam Indosiar (26/7/2017), petugas menemukan ratusan ton beras yang siap dioplos dengan beras tak layak konsumsi.

Tim Satgas Pangan Polres Mojokerto, Selasa, 25 Juli 2017, menggerebek gudang tempat pengoplosan beras milik seorang juragan beras bernama Kholik, di Desa Lebaksono, Kecamatan Pungging, Mojokerto, Jawa Timur.

Di dalam gudang, petugas menemukan ratusan ton beras yang siap dioplos dengan beras untuk keluarga sejahtera, yang kualitasnya sudah tidak layak lagi dikonsumsi dan masih dalam karung berlabel Bulog.

Tim Satgas Pangan awalnya sempat kesulitan masuk ke gudang beras oplosan tersebut, karena sang pemilik kabur. Namun setelah terjadi dialog, pekerja gudang akhirnya membukakan pintu tempat penyimpanan beras ini.

Sementara itu dari dari Palembang dilaporkan, Polda Sumatera Selatan terus memeriksa pihak-pihak yang dianggap terlibat dalam pengoplosan beras di Kabupaten Lahat, yang digerebek Tim Satgas Pangan Polda Sumsel sehari sebelumnya. Pemeriksaan bahkan melibatkan tim forensik khusus untuk memeriksa beras oplosan.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.