Sukses

Motif Hacker Korut: Curi Uang Demi Tambah Devisa Negara

Motif di balik serangan hacker Korea Utara (Korut) ternyata cukup mencengangkan.

Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara (Korut) tidak pernah selesai untuk menuai sensasi. Selain terus menerus mendapat gencatan dari dunia internasional akibat uji coba persenjataan nuklirnya, negara ini juga mendapat sorotan akibat serangan hacker-nya yang merugikan banyak pihak.

Meski demikian, serangan hacker Korea Utara dilakukan bukan tanpa alasan. Hasil studi Institut Keamanan Finansial Korea Selatan atau FSI menyebutkan, aksi peretasan ini dilakukan Korea Utara untuk mencuri uang demi menghidupi negaranya yang miskin di tengah belenggu sanksi internasional.

Dilansir dari Thestar.com.my, Sabtu (29/7/2017), awalnya dunia internasional mencurigai motif Korut di balik aksi peretasan untuk mencuri berbagai data rahasia pemerintahan di beberapa negara. Namun FSI mengungkap, hal tersebut tidak lagi dilakukan dalam beberapa tahun belakangan ini.

Banyaknya mata uang asing yang masuk ke Korea Utara membuat kecurigaan tersendiri bagi badan intelijen ini. FSI mengatakan, mata uang asing tersebut justru didapat pemerintah Korut dari aksi peretasan yang dilakukan pasukan sibernya.

Korea Utara dicurigai berada di balik kelompok peretas internasional bernama Lazarus. Laporan terbaru dari analisa kejahatan cyber pemerintah Korea Selatan dengan sejumlah lembaga komersial pada 2015 hingga 2017 menemukan nama jaringan kerja Lazarus lainnya, yakni Andariel.

"Bluenoroff dan Andariel memiliki kesamaan akar, namun mereka berbeda target dan motif. Andariel fokus untuk menyerang bisnis Korea Selatan dan lembaga pemerintahan dengan menggunakan metode yang dirancang khusus untuk negara itu," ujar laporan tersebut.

Simak video menarik di bawah ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Berapa uang yang dihasilkan pasukan Hacker Korut?

Menurut National Intelligence Service, Korea Selatan, ada sekitar 1.000 hingga 3.000 hacker profesional yang dibina Korut. Pemerintah Korut melatih para hacker tersebut di sekolah-sekolah elite dan ditempatkan dalam satu tempat tinggal terpusat sehingga mudah dimanfaatkan untuk melancarkan serangan siber ke berbagai negara.

Dari aksi meretasnya, pasukan siber Korut mampu mendulang untung besar. Seperti dilaporkan Dailybeast, aksi hacker Korut meretas Bangladesh Bank pada 2016 dan mampu mencuri uang hingga US$ 1 miliar. Jumlah uang tersebut dinilai cukup untuk membiayai percobaan nuklir di Korut.

Sebelumnya diberitakan, pasukan hacker Korea Utara juga mampu meretas Banco del Austro di Ekuador. Aksi pencurian ini mampu meraup uang hingga US$ 12 juta pada 2015.

Paling baru, lembaga keamanan siber Korea Selatan menuduh hacker Korea Utara atas pencurian bitcoin senilai US$ 90 ribu. Pencurian ini dilakukan setiap bulan dari Korea Selatan dan beberapa negara di dunia sepanjang 2013-2015.

Laporan yang dikeluarkan perusahaan keamanan Symantec Corp menjelaskan, kelompok hacker Korea Utara sering disebut dengan nama Lazarus. Dalam sebuah pernyataan di blog-nya, Symantec mengatakan kelompok ini bertanggung jawab atas serangan siber di 31 negara.

Kasus hacking terbesar yang ditemukan Symantec adalah di Polandia, diikuti Amerika Serikat (AS), Meksiko, Brasil, dan Chili.

Meski sebagian besar serangan siber itu tak berhasil mendapatkan sejumlah uang, Symantec menyebut sebagian lagi berhasil menghasilkan uang dengan metode yang makin canggih. Misalnya, saat meretas sebuah situs di Polandia, para hacker Korut menanamkan kode berbahaya ke laman tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.