Sukses

Garam Langka, Industri Mulai Rumahkan Pekerja

Selain industri kecil dan menengah, industri pengolahan garam konsumsi skala besar juga mulai menghentikan produksi.

Liputan6.com, Jakarta - Kelangkaan garam yang masih terjadi hingga saat ini memaksa industri pengolahan dan industri pengguna garam menghentikan kegiatan produksi. Bahkan diantaranya telah merumahkan para pekerja.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) Cucu Sutara mengatakan, saat ini industri kecil dan menengah (IKM) pengolahan garam konsumsi di sejumlah daerah telah beroperasi. Bahkan ada yang mulai menghentikan produksi garam konsumsinya sejak awal tahun ini.

"Sudah (setop produksi), khusus untuk garam konsumsi mereka sudah setop produksi. Malah ada yang sudah dari Januari setop produksi. Di daerah Cirebon, Indramayu sudah 32 IKM garam setop produksi," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Selasa (1/7/2017).

Selain IKM, industri pengolahan garam konsumsi skala besar juga mulai menghentikan produksi. Dampak dari penghentian produksi ini, lanjut Cucu, industri tersebut juga sementara merumahkan para karyawannya.

"Yang besar seperti PT Budiono di Madura sudah tutup produksi bahkan kalau tidak salah sampai merumahkan karyawan. PT Susanti juga merumahkan karyawan. Ini efeknya luar biasa pada pengangguran," kata dia.

Menurut Cucu, dengan kondisi seperti ini wajar jika saat ini garam konsumsi mulai langka dan harganya melonjak tinggi. "Mereka bahan bakunya dari lokal, jadi karena tidak ada ketersediaan bahan baku. Jadi wajar kalau garam (konsumsi) sangat langka, sudah langka dan mahal," lanjut dia.

Nasib hampir serupa juga dialami oleh industri pengguna garam, seperti industri tekstil dan pengawetan ikan. Saat ini stok bahan baku garam di industri-industri tersebut mulai menipis hingga ada yang menutup usahanya.‎

"Industri tekstil di Jawa Barat sekarang mereka menjerit. Untuk industri pengasinan saja sudah pada tutup, ikan kalau tanpa diasinkan bisa busuk. Terakhir dari Indramayu 2 ton (ikan) busuk karena tidak ada garam. Rata-rata sudah setop produksi," tandas dia.

Sebelumnya pada Jumat 28 Juli, Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengungkap penyebab meroketnya harga garam yang terjadi belakangan ini. Ia pun menginstruksikan impor garam untuk mengatasinya.

Enggartiasto mengatakan, kenaikan harga garam disebabkan jumlah pasokan yang ja‎uh lebih sedikit ketimbang kebutuhan. Secara hukum ekonomi, pasokan yang sedikit dari kebutuhan membuat harga tinggi.

"Kenaikan harga garam yang cukup tinggi karena kelangkaan. bicara hukum supply dan demand," kata dia.

Menipisnya pasokan garam dari dalam negeri ini diakibatkan faktor cuaca dengan curah hujan tinggi yang terjadi belakangan ini, sehingga membuat petani garam gagal panen. "Kenapa supply-nya terhambat, karena gagal panen, gagal panen karena cuaca, hujan yang terjadi," ujar dia.

Enggartiasto mengatakan, Kementerian Perdagangan telah menunjuk PT Garam melakukan impor garam konsumsi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Ini dengan catatan mempertimbangkan pasokan garam domestik. Dalam impor garam konsumsi, pemerintah pun tidak menetapkan membatasi impor garam karena belum bisa mengetahui jumlah garam yang dipanen.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.