Sukses

Daya Beli Dinilai Turun, Bagaimana Kinerja Emiten Ritel?

Kinerja emiten ritel cukup beragam sepanjang semester I 2017. Mana saja emiten yang mampu mencatatkan kinerja baik?

Liputan6.com, Jakarta - Sektor ritel disebut-sebut melemah lantaran penurunan daya beli masyarakat. Selain itu, ada pergeseran belanja dari konvensional ke belanja online yang pengaruhi sektor ritel. Lalu, bagaimana kinerja emiten ritel sepanjang semester I 2017?

Kinerja emiten ritel cukup beragam sepanjang semester I 2017. Emiten ritel yang melakukan efisiensi mampu mencatatkan kinerja baik. Akan tetapi, sejumlah emiten mencatatkan laba merosot pada semester I 2017 dari periode sama tahun sebelumnya. Namun, sisi lain membukukan pendapatan.

Salah satunya PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET). Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk turun 71,03 persen dari Rp 105,47 miliar menjadi Rp 30,55 miliar pada semester I 2017. Pendapatan naik sekitar 145,20 persen menjadi Rp 22,54 miliar sepanjang enam bulan pertama 2017.

Demikian juga, PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk, merosot 16,38 persen menjadi Rp 75,56 miliar pada semester I 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 90,37 miliar. Pendapatan menguat 13,57 persen menjadi Rp 30,51 triliun.

Selain itu, PT Supra Boga Lestari Tbk (SUPR), emiten ritel yang mengelola Ranch Market, mencatatkan laba susut 29,14 persen dari Rp 26,17 miliar pada semester I 2016 menjadi Rp 18,54 miliar pada semester I 2017. Pendapatan bersih perseroan naik 5,51 persen menjadi Rp 1,09 triliun sepanjang semester I 2017.

Sementara itu, PT Hero Supermarket Tbk (HERO) mencetak laba periode berjalan naik 258,64 persen menjadi Rp 71,38 miliar pada semester I 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 19,90 miliar. Sedangkan pendapatan bersih merosot 3,85 persen menjadi Rp 6,92 triliun pada semester I 2017.

Analis PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan mengatakan, kinerja emiten ritel tersebut dipengaruhi persaingan harga ketat. "Meski dari sisi omzet menunjukkan banyak pembeli tetapi emiten ritel punya strategi menurunkan harga sehingga menekan marjin, itu yang terjadi di ritel seperti Alfamart, Indomaret, dan Hypermart," kata Alfred saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (2/8/2017).

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Laba Bersih Mitra Adiperkasa Melesat

Meski demikian, tak semua emiten ritel catatkan kinerja laba dan pendapatan bervariasi. Emiten ritel lainnya ada yang membukukan kenaikan laba bersih signifikan. Salah satunya PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI). Emiten ritel ini menghasilkan kenaikan laba bersih 278 persen dari Rp 46,30 miliar pada semester I 2016 menjadi Rp 175,02 miliar pada semester I 2017. Pendapatan bersih perseroan menguat 15,8 persen menjadi Rp 7,71 triliun sepanjang enam bulan pertama 2017.

PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) mencetak laba tahun berjalan naik 45,15 persen dari Rp 254,05 miliar pada semester I 2016 menjadi Rp 368,77 miliar pada semester I 2017. Kenaikan laba ini didorong pendapatan naik tipis 9,79 persen menjadi Rp 3,46 triliun pada semester I 2017.

Alfred menuturkan, kinerja keuangan PT Mitra Adiperkasa Tbk sudah cukup baik sejak kuartal I 2017. Kinerja keuangan baik itu berlanjut pada kuartal II 2017. Menurut Alfred, kinerja keuangan emiten ritel itu lebih ditopang efisiensi yang dilakukan perseroan.

"Pendapatan tidak terlalu besar, tetapi buttom line jauh lebih besar karena keberhasilan efisiensi. Ini dilakukan Mitra Adiperkasa dan Ramayana," kata dia.

Dalam laporan PT Samuel Sekuritas menyebutkan, segmen food and beverage PT Mitra Adiperkasa Tbk tumbuh 1 persen, sedangkan pada periode sama tahun sebelumnya 10 persen. Segmen specialty store membukukan pertumbuhan SSSG tercatat stabil 8 persen, sedangkan segmen lainnya turun 3 persen.

Pada semester I 2017, PT Mitra Adiperkasa Tbk menambah toko sebanyak 38 unit untuk segmen F&B. Total toko untuk segmen F&B mencapai 379 unit. Sementara itu, segmen departement store  mengalami penyusutan 2 unit menjadi 59 unit.

Alfred mengatakan, prospek saham emiten ritel ini akan cenderung mendatar. Ini lantaran fundamental perusahaan tidak terlalu alami kenaikan signifikan. "Selain itu, price earning ratio emiten ritel juga sudah tinggi. PE Mitra Adiperkasa saja sudah 40 kali. Sedangkan industri ritel sekitar 20 kali," kata Alfred.

Alfred pun merekomendasikan saham PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) dengan target harga Rp 1.260 dalam 12 bulan ke depan. "Target harga Rp 1.260 dengan PE 15 kali. Kami memilih saham RALS lantaran valuasi murah," kata dia.

Dalam riset PT Samuel Sekuritas merekomendasikan beli saham PT Mitra Adiperkasa Tbk dengan PE 40,7 kali pada 2017.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.