Sukses

Pengusaha Akui Penjualan Ritel Melesu Sejak 2,5 Tahun Lalu

Ada berbagai hal yang menyebabkan penjualan tidak mampu tumbuh tinggi.

Liputan6.com, Jakarta Penjualan ritel modern melesu pada tahun ini. Selain karena perkembangan industri e-commerce yang mengubah pola belanja masyarakat, penurunan daya beli masyarakat ikut menekan penjualan di sektor ini.‎

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan, kelesuan penjualan ritel sudah terjadi sejak 2,5 tahun lalu. Ada berbagai hal yang menyebabkan penjualan tidak mampu tumbuh tinggi.

"Kondisi ritel saat ini sudah 2,5 tahun underperformance. Situasi itu yang membuat setiap peritel di Indonesia dalam kondisi terpuruk," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (4/8/2017).

Roy mengungkapkan, lesunya penjualan ritel tidak lepas dari tumbuh suburnya industri e-commerce seiring dengan perkembangan teknologi. Hal ini membuat masyarakat mengubah pola belanja dari yang sebelumnya datang ke pusat belanja, kini lebih memilih memesan barang kebutuhan melalui e-commerce.

"Ini salah satunya akibat perubahan perilaku konsumen, perubahan pola belanja mereka. Karena sudah banyak kemudahan-kemudahan sekarang ini. Perkembangan zaman, beli barang cukup dengan telepon, tanpa perlu antre, parkir," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (4/8/2017).

Selain itu, penurunan daya beli masyarakat yang terjadi sekarang ini juga dianggap membuat penjualan di bisnis ritel semakin anjlok. Penurunan daya beli ini, kata Roy, tak lepas dari penyerapan tenaga kerja yang semakin rendah.

"Usia produktif ini harusnya tertampung oleh pekerjaan formal, sehingga mendapatkan upah yang layak. Tetapi kenyataannya, penyerapan tenaga kerja atas usia produktif sangat kecil, sehingga usia generasi ini tidak tertampung oleh pekerjaan yang formal, tetapi informal, yang pendapatannya hanya UMP atau berdasarkan komisi. Mereka terbanyak, tapi tidak memiliki daya beli," ucap dia.

Dengan demikian, meski jumlah penduduk Indonesia semakin besar, tutur Roy, kemampuan membeli masyarakat terus tergerus. "Biasanya belanja dengan kapasitas besar, sekarang basket size-nya kecil. Jumlah customer-nya bertambah karena populasi bertambah, tapi basket size yang mereka belanjakan kecil. Jadi basket size-nya tidak besar," ujar dia.

Tonton video menarik berikut ini:

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.