Sukses

Venezuela, Negeri Kaya Minyak tapi Salah Kelola

Venezuela dulu merupakan salah satu pemasok minyak terbesar dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Venezuela kehabisan sumber pangan. Rumah sakit pun penuh sesak dengan anak-anak yang sakit karena gizi. buruk Sementara, dokter tak memiliki banyak obat untuk bisa mengatasi hal tersebut.

Negara yang sebelumnya berkelimpahan ini akhirnya harus masuk ke jurang kekacauan. Perekonomian negara Amerika Latin tersebut berada di ambang kehancuran.

Dikutip dari CNN Money, Senin (7/8/2017), Venezuela dulu pernah menjadi negara terkaya di Amerika Latin. Namun berbeda dengan keadaan saat ini. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan makanan dari masyarakat, negara ini tak mampu.

Venezuela dulu merupakan salah satu pemasok minyak terbesar dunia. Sekarang, negara tersebut telah kehabisan uang tunai. Harga-harga melonjak tinggi hingga akhirnya masuk ke jurang inflasi yang tinggi.

Venezuela sebenarnya merupakan negara kapitalis. Hanya segelintir elit mengendalikan negara tersebut. tentu saja, segelintir orang itu menguasai segalanya.

Kaum miskin pun memberontak. Tepatnya pada 1999, negara ini beralih haluan ke sosialis. Dipimpin oleh Hugo Chavez, dia memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat (AS) dan bergabung dengan China dan Rusia. Kedua negara ini pun meminjamkan dana cukup besar kepada Venezuela.

Chavez memimpin hingga 2013. Sampai saat ini, dirinya dianggap sebagai pahlawan bagi kaum miskin di negara tersebut. Sayangnya, usai pemerintahan Chavez, atau di bawah kepemimpinan Maduro, semangat sosialis Chavez diselewengkan.

Semakin banyak subsidi yang diberikan oleh negara. Keadaan ekonomi juga tak positif terus, ekonomi tak tumbuh dan inflasi meningkat.

Pukulan tajam terjadi akhir 2014 atau saat harga minyak mengalami keruntuhan. Di awal 2014 saat harga minyak di atas US$ 100 per barel, negara tersebut masih mendapat pemasukan yang tinggi.

Namun kemudian, saat harga minyak jatuh separuhnya atau hingga di bawah US$ 50 per barel, negara tersebut pun ikut jatuh. Pendapatan negara tak bisa menutupi pengeluaran untuk subsidi.

Terang saja, sekitar separuh penerimaan negara Venezuela berasal dari minyak. Ketika harga minyak anjlok, pertumbuhan ekonomi Venezuela pun ikut anjlok hingga 10 persen.

Harga minyak bukan penyebab utama kejatuhan negara tersebut. Salah kelola sumber daya juga menjadi penyebab lain. Sebagai negara dengan cadangan minyak terbesar yaitu mencapai 300 miliar barel, Venezuela tak mampu mendongkrak kemampuan.

Produksi pun turun sehingga kalah jika dibandingkan dengan negara lain. Akhirnya, Venezuela pun harus impor juga.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.