Sukses

Sektor Keuangan dan Tambang Jadi Penopang IHSG pada Semester II

Sektor keuangan dan tambang sudah naik masing-masing 20,64 persen dan 7,3 persen sepanjang 2017.

Liputan6.com, Jakarta - Sektor saham keuangan, pertambangan, dan konstruksi diperkirakan menopang laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada semester II 2017.

Perbaikan harga komoditas terutama batu bara dan perbaikan rasio kredit macet atau non-performing loan (NPL) menjadi katalis untuk sektor saham keuangan dan tambang.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) hingga Selasa, 8 Agustus 2017, sektor saham keuangan menguat 20,64 persen, dan memimpin penguatan terbesar. Disusul sektor saham infrastruktur, utilitas, dan transportasi naik 15,92 persen dan sektor saham industri dasar dan kimia mendaki 13,95 persen. Sedangkan sektor tambang naik 7,3 persen sepanjang 2017.

Analis PT Koneksi Kapital Alfred Nainggolan menuturkan, sektor tambang, perbankan masih menarik pada semester II 2017. Ia melihat, ada potensi kenaikan untuk sektor saham tersebut. Untuk sektor tambang, Alfred menuturkan, penguatan harga komoditas terutama batu bara menjadi katalis positif. Padahal, harga batu bara melonjak di tengah harga minyak masih di kisaran US$ 50 per barel.

"Kalau sektor tambang, harga komoditas memberi keuntungan. Dengan harga batu bara mencapai US$ 90 per metrik ton di newcastle ini di luar harapan. Padahal, harga minyak di bawah kisaran US$ 50-US$ 70," ujar Alfred saat dihubungi Liputan6.com.

Alfred menuturkan, bila emiten batu bara memperbarui kontrak panjang baru terkait harga batu bara. Hal itu dapat berdampak positif untuk kinerja keuangan emiten batu bara.

Sedangkan sektor saham keuangan yang menguat, menurut Alfred, didorong ada perbaikan rasio kredit macet bank pada semester I. Perbaikan NPL itu terjadi di emiten bank-bank besar. Ditambah ada pertumbuhan kredit dan perbaikan NPL pada semester I tersebut, William menilai fundamental bank lebih baik.

Sementara itu, sektor saham barang konsumsi tumbuh 3,48 persen sepanjang 2017. Ini diikuti sektor manufaktur naik 4,83 persen dan perdagangan menguat 6,27 persen.

Ini juga dipengaruhi kinerja emiten barang konsumsi menguat tipis. PT Unilever Indonesia Tbk mencatatkan kenaikan 9,87 persen menjadi Rp 3,62 triliun pada semester I 2017. Penjualan PT Unilever Indonesia Tbk naik 2,49 persen menjadi Rp 21,26 triliun.

Sementara itu, PT Mayora Indah Tbk membukukan laba tahun berjalan yang diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar Rp 547,83 miliar pada semester I 2017 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 591,24 miliar. Penjualan naik 1,23 persen menjadi Rp 9,39 triliun.

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) mencatatkan kenaikan penjualan 1,6 persen menjadi Rp 18,46 triliun pada semester I 2017. Sementara itu, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk tumbuh 5,7 persen menjadi Rp 2,09 triliun.

Ekonom UI Lana Setianingsih menilai ada potensi daya beli masyarakat menengah bawah melambat, imbas penyesuaian tarif listrik 900 VA. Hal itu turut memengaruhi konsumsi masyarakat menengah bawah. Selain itu, menurut Lana, masyarakat kini banyak beralih profesi ke transportasi online sehingga cenderung menjaga konsumsinya. "Pelaku usaha pun mengurangi produksi lantaran masyarakat menunda konsumsinya," ujar dia.

Pertumbuhan dari sektor saham itu hanya naik terbatas juga membebani laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sepanjang Juli 2017, IHSG turun sekitar 1,19 persen dari posisi 5.910 pada 3 Juli menjadi 5.840 pada 31 Juli 2017.

"Sektor saham (red: barang konsumsi, aneka industri dan ritel) bobotnya cukup besar terhadap IHSG. Ini pengaruh ke IHSG," kata Analis PT Semesta Indovest Aditya Perdana saat dihubungi Liputan6.com.

Selain sejumlah sektor saham melambat, Aditya menuturkan, aksi beli investor asing cukup kuat selama tiga bulan terakhir juga turut menekan IHSG. Ia menilai, tekanan IHSG berpotensi melambat pertumbuhan kinerjanya pada kuartal III. Namun, bila ada perbaikan kebijakan yang dapat mendorong belanja masyarakat, IHSG dapat berpeluang naik.

Alfred pun optimistis terhadap gerak saham emiten tambang dan bank. Apalagi, menurut Alfred, emiten tambang, salah satu yang cukup rajin membagikan dividen. "Salah satunya PT Indo Tambangraya Tbk rajin bagi dividen," kata dia.

Sedangkan Lana menuturkan, IHSG berpeluang ke level 6.000 hingga akhir 2017. Sektor saham bank akan mendorong laju IHSG ke depan. Ditambah sektor tambang juga akan menjadi katalis positif untuk IHSG.

Untuk pilihan saham, Alfred memilih saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) untuk dicermati ke depan.

 

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.