Sukses

Ekspor Impor Bergeliat, Neraca Dagang Juli Diprediksi ‎Surplus

Laju ekspor bulan ketujuh ini ditopang tren kenaikan harga kelapa sawit selama Juli.

Liputan6.com, Jakarta Neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2017 diperkirakan melanjutkan tren surplus berkisar US$ 800 juta hingga US$ 1 miliar. Surplus dagang tersebut terdorong pertumbuhan positif dari kinerja ekspor dan impor yang mulai menggeliat pasca libur lebaran.

Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, memproyeksikan, laju ekspor pada Juli tumbuh 35,7 persen (year on year/yoy). Perkiraan ini lebih tinggi dibanding kinerja impor yang diramal tumbuh 34,5‎ persen (yoy).

"Jadi neraca perdagangan Juli diperkirakan surplus US$ 965 juta. Kegiatan ekspor impor kembali normal usai libur Lebaran," kata Josua dalam Forecast yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Selasa (15/8/2017).

Ia menjelaskan, laju ekspor bulan ketujuh ini ditopang tren kenaikan harga kelapa sawit selama Juli, serta meningkatnya volume ekspor. Hal ini sejalan dengan peningkatan aktivitas manufaktur mitra dagang utama Indonesia, seperti Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

"Sedangkan impor cenderung naik usai libur lebaran terindikasi tren peningkatan penjualan semen, kapasitas produksi yang meningkat dari ekspektasi kenaikan indeks tendensi bisnis di kuartal III 2017," ia menjelaskan.

Terpisah, ekonom The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi, surplus neraca perdagangan Juli 2017 sekitar lebih dari US$ 1 miliar. Prediksi itu turun dari realisasi di bulan sebelumnya yang sebesar US$ 1,63 miliar.

"Proyeksi surplus neraca dagang Juli di atas US$ 1 miliar, turun dibanding posisi Juni lalu. Ini lebih dipengaruhi faktor musiman, karena pasca-Lebaran aktivitas ekspor kurang begitu bergairah, jadi kenaikannya terbatas," jelasnya.

Bhima berpandangan, kinerja ekspor nasional terus meningkat usai Lebaran, meski cenderung masih terbatas. Faktor pendorong ekspor, yakni kenaikan ekspor minyak dan gas (migas). Untuk nonmigas, akan dipengaruhi kenaikan harga minyak kelapa sawit dan pulihnya permintaan negara tujuan ekspor, seperti AS dan Tiongkok.

"Harga komoditas sepanjang Juli ini cukup bagus, terutama harga minyak mentah. Kenaikannya 15 persen dibanding Juni lalu," ujar dia.

Dilihat dari kinerja impor, peningkatannya masih terbatas pada impor barang jadi. Sementara untuk impor bahan baku dan penolong, naik signifikan. "Datanya berdasarkan perkembangan pertumbuhan sektor industri pengolahan yang menurun dibanding kuartal I-2017," tutur Bhima.

Melihat prediksi ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness, Eric Sugandi, surplus neraca perdagangan bulan ketujuh ini sekitar US$ 800 juta. Dengan perkiraan pertumbuhan ekspor 24,7 persen (yoy) senilai US$ 12 miliar dan impor US$ 11,2 miliar atau tumbuh 24,4 persen (yoy).

"Ekspor Juli ini terbantu kenaikan harga komoditas energi di periode yang sama setelah tertekan ‎di bulan sebelumnya. Sementara, impor tumbuh lebih cepat setelah Ramadan, terutama impor bahan baku karena industri mulai aktif lagi setelah libur lebaran," katanya.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.