Sukses

Rudal Korea Utara Sasar Jepang, Bagaimana Dampak ke Harga Emas?

Rudal Korea Utara (Korut) melewati wilayah Jepang telah menekan pasar keuangan global pada Selasa pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Korea Utara (Korut) meluncurkan misil balistik yang melewati di atas wilayah Jepang. Hal ini berdampak terhadap pergerakan pasar keuangan global. 

Mengutip laman CNBC, Selasa (29/8/2017), bursa saham berjangka Amerika Serikat (AS) dengan indeks saham Dow Jones berjangka turun 147 poin ke level 21.644. Pada perdagangan Senin waktu New York, indeks saham Dow Jones berada di posisi 21.808. Saat ini, indeks saham Dow Jones bergerak di kisaran 21.682.

Sementara itu, mata uang Jepang yen menguat lantaran investor khawatir dan cenderung mencari aset investasi lebih aman. Dolar Amerika Serikat ditransaksikan di kisaran 108,32 terhadan yen pada awal perdagangan. Sedangkan euro terhadap yen ditransaksikan di posisi 129,63. Dolar Australia pun sedikit berubah di kisaran 85,67 terhadap yen.

Mata uang Korea Selatan won melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Dolar AS ditransaksikan di kisaran 1,128,60 terhadap won. Sedangkan yen menguat terhadap won di kisaran 10,3827.

Peluncuran misil balistik atau rudal Korea Utara tersebut juga berdampak ke bursa saham Asia. Indeks saham Korea Selatan Kospi alami penurunan tajam di awal perdagangan. Indeks saham Kospi turun 1,44 persen. Sedangkan indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,87 persen.

Di sisi lain, sentimen meluncurnya rudal Korea Utara di wilayah Jepang tidak mendorong harga emas naik lebih tinggi. Harga emas ditransaksikan di kisaran US$ 1.313,74 per ounce dari penutupan awal pekan di US$ 1.317,10. Namun, pergerakan harga emas diperkirakan segera pulih.

Senior Analis Oanda Jeffrey Halley menuturkan, pihaknya mengharapkan harga emas dapat melonjak dengan sejumlah sentimen baik dari Korea Utara dan Amerika Serikat (AS).

"Peristiwa pagi ini agak membayangi kinerja gerak harga emas. Harga emas naik sekitar US$ 20 dari pembukaannya. Komentar negatif Trump tentang negosiasi ulang NAFTA dan tidak ada sinyal pengetatan dari hasil pertemuan di Jackson. Selain itu, ada aksi jual dolar Amerika Serikat," jelas dia seperti dikutip dari laman CNBC.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menanti Respons AS dan China

Menanti Respons AS dan China

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyebut kalau peluncuran terbaru rudal Korea Utara sebagai ancaman yang belum pernah terjadi sebelumnya, serius dan signifikan. Korea Selatan juga memperingatkan kalau pihaknya mempersiapkan militernya untuk menyerang Korea Utara jika diperlukan.

"Pasar berada posisi defensif, takut terjadi peningkatan ketegangan di Asia Timur," tulis laporan Bank DBS.

DBS juga memperingatkan untuk memperhatikan tanggapan dari Amerika Serikat dan China. Disebutkan kalau tidak ada jaminan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump akan menahan diri untuk menanggapi serangan Korea Utara.

Namun, saat ini pasar tidak terlalu bereaksi lantaran sudah terbiasa dengan sentimen nuklir.

"Jawaban yang sangat sederhana, dan mudah dipahami kalau kita baru saja terbiasa dengan hal ini. Terikat dengan kondisi Korea Utara. Korea Utara selalu menyerang di atas laut dengan gerakan "berpura-pura" sebagai alarm, dan pasar mungkin tidak ada alasan untuk terlalu khawatir," jelas Rob Carnell, Kepala Riset ING.

Carnell juga menuturkan kalau politisi Amerika Serikat dan pejabat lainnya akan membuat komentar lebih lembut. Ini menunjukkan kemungkinan Korea Utara kembali ke meja perundingan. "Korea Utara mungkin mencoba memperkuat kekuatannya sebelum membuat beberapa konsesi," kata dia.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini