Sukses

Harga Tiket Pesawat Jadi Alasan Inflasi Jakarta Melebihi Nasional

Masih tingginya animo masyarakat Ibukota gunakan transportasi udara mendorong terjadinya kenaikan tarif sebesar 6,54 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Pencapaian inflasi di DKI Jakarta mereda setelah melalui periode Idul Fitri pada bulan Juni dan Juli. Pada Agustus 2017 inflasi DKI Jakarta menurun menjadi 0,13 perseen (mtm) dan tercatat lebih rendah dari rata-rata tiga tahun sebelumnya (0,34 persen mtm).

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Fadjar Majardi menjelaskan, meredanya tekanan inflasi di Ibukota terutama disumbangkan oleh deflasi pada kelompok volatile food dan terkendalinya inflasi kelompok inti.

Sementara inflasi pada kelompok administered price mengalami sedikit kenaikan. Dengan perkembangan ini, laju inflasi sejak awal tahun 2017 mencapai 2,86 persen (ytd).

"Deflasi pada kelompok volatile food terutama disebabkan oleh koreksi harga pada komoditas yang tergabung pada subkelompok pengeluaran bumbu-bumbuan," terang Fadjar, Selasa (5/9/2017).

Bawang merah, cabai merah dan cabai rawit masing-masing mengalami deflasi sebesar 7,18 persen (mtm), 4,74 persen (mtm) dan 9,50 persen (mtm).

Pasokan bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran yang masuk ke DKI Jakarta cukup melimpah karena didukung oleh banyaknya wilayah produsen yang memasuki musim panen, sehingga mampu menarik harga yang rendah. Harga beras dan komoditas daging-dagingan dan hasilnya masih terjaga.

"Adapun kenaikan harga garam yang disebabkan oleh kelangkaan barang, tidak serta merta mendorong inflasi keatas karena bobotnya yang tidak besar di keranjang IHK. Secara umum, bahan makanan mengalami deflasi sebesar 0,48 persen (mtm)," tegas dia.

Pada kelompok administered prices, komoditas transportasi terutama tarif angkutan udara pada Agustus 2017 tercatat mengalami inflasi.

Di tengah penurunan tarif yang secara umum terjadi pasca periode Idul Fitri, masih tingginya animo masyarakat Ibukota untuk menggunakan transportasi udara pasca periode Idul Fitri mendorong terjadinya kenaikan tarif sebesar 6,54 persen (mtm).

Selain transportasi, kenaikan inflasi administered price juga disumbangkan oleh kenaikan harga rokok, terutama rokok kretek filter (2,16 persen mtm) sebagai respon lanjutan dari kenaikan cukai rokok di awal tahun.

"Perkembangan kedua komoditas ini menjadi sumber utama lebih tingginya inflasi DKI Jakarta jika dibandingkan dengan inflasi nasional, yang pada bulan ini mencatat deflasi sebesar 0,07 persen (mtm)," tutup Fadjar.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Nasional

Secara nasional, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan terjadi deflasi pada Agustus 2017. Tercatat deflasi Agustus 2017 sebesar 0,07 persen. Ini berbeda dengan perkiraan akan terjadi inflasi.

Adapun inflasi tahun kalender sebesar 2,53 persen, dan inflasi tahun ke tahun mencapai 3,82 persen.

"Agustus ini deflasi 0,07 persen lebih rendah dibandingkan deflasi Agustus 2016, dan Agustus 2015 inflasi 0,39 persen," ujar Kepala BPS Suhariyanto kemarin.

Penyumbang deflasi antara lain bahan makanan terjadi deflasi 0,67 persen dengan andil 0,14 persen. Kemudian transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,60 persen dengan andil deflasi 0,10 persen.

Ia menuturkan, dari 82 kota IHK, tercatat 47 kota alami deflasi, dan 35 kota alami inflasi. Deflasi tertinggi terjadi di Ambon mencapai 2,08 persen. Sedangkan deflasi terendah di Samarinda sebesar 0,03 persen.

Untuk inflasi tertinggi terjadi di Lhouksemawa mencapai 1,09 persen. Sedangkan inflasi terendah di Batam mencapai 0,01 persen. "Diharapkan inflasi terjaga sampai akhir tahun. Yang perlu waspada Desember ada natal dan tahun baru," kata Suhariyanto.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.