Sukses

Rupiah Bergerak Stabil, Investor Cermati Risiko Geopolitik

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.320 per dolar AS hingga 13.335 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan hari ini. Pelaku pasar masih mencermati risiko geopolitik.

Mengutip Bloomberg, Kamis (7/9/2017), rupiah dibuka di angka 13.335 per dolar AS, tak berbeda jauh jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.333 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.320 per dolar AS hingga 13.335 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah mampu menguat 1,08 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, rupiah dipatok di angka 13.331 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.337 per dolar AS.

Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menjelaskan, investor masih menghindari risiko yang terjadi karena ancaman perang akibat peluncuran misil oleh Korea Utara. Investor pun melepas dolar AS sehingga melemah di kawasan Asia.

"Pelaku pasar mencari aman di tengah risiko geopolitik dan ketidakpastian saat ini, pekan ini dapat menjadi pekan yang sulit," jelas dia.

Pelemahan dolar AS semakin dalam usai pejabat Bank Sentral AS Lael Brainard mengatakan bahwa inflasi masih berada di bawah target sehingga rencana kenaikan suku bunga agak terganggu.

Tonton Video Menarik Berikut Ini:

Kritik

Komisi XI DPR mengkritisi target kurs rupiah yang diusulkan Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati sebesar Rp 13.500 per dolar Amerika Serikat (AS) di Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2018. Proyeksi kurs rupiah ini melemah dibanding APBN Induk 2017 sebesar Rp 13.300 per dolar AS.

Anggota Komisi XI DPR, I Gusti Agung Rai Wirajaya mempertanyakan pencapaian program pengampunan pajak (tax amnesty) dalam menarik dana-dana Warga Negara Indonesia (WNI) yang terparkir di luar negeri.

"Banyak eksportir menaruh dananya di luar negeri, sehingga berpengaruh pada kurs. Lalu bagaimana dengan tax amnesty? Sejauh ini apakah para eksportir yang memarkirkan dana di luar negeri sudah masuk ke dalam negeri?," kata Politikus dari Fraksi PDI-P itu saar Raker RAPBN 2018 di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (7/9/2017).

Sementara Anggota Komisi XI dari Fraksi Golkar, Mukhammad Misbakhun meminta Bank Indonesia (BI) mengenakan sanksi bagi WNI yang menempatkan dananya di luar negeri.

"Terkait kurs, kami minta ke BI untuk melakukan upaya serius disertai sanksi jika ada yang mengeruk sumber daya alam di sini, mendapatkan untung di Indonesia, tapi duitnya di parkir di luar negeri. Ini dilakukan dalam rangka memperkuat kurs rupiah," jelas dia.

Anggota lain, Muhammad Sarmuji dari Fraksi Golkar juga mempertanyakan target kurs Rp 13.500 per dolar AS di RAPBN 2018. Melemah dibanding target APBN 2017 sebesar Rp 13.300 per dolar AS dan APBN-Perubahan 2017 yang dipatok Rp 13.400 per dolar AS.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.