Sukses

Ekonomi Tergencet Sanksi, Hacker Korea Utara Bakal Curi Bitcoin?

Minat rezim Kim Jong Un terhadap bitcoin muncul di tengah naiknya harga dan popularitas mata uang digital.

Liputan6.com, Pyongyang - Uji coba nuklir dan misil yang dilakukan Korea Utara (Korut) memicu kemarahan pihak internasional. Sanksi bertubi yang diberikan Dewan Keamanan PBB (DK PBB) membuat negara arahan Kim Jong Un ini tak banyak berkutik.

Akhirnya, mereka harus memutar otak untuk bisa tetap menjalankan roda perekonomiannya. Tak jarang, tindakan ilegal pun dilakukan pemerintahan rezim komunis ini.

Laporan perusahaan riset keamanan FireEye Inc menunjukkan peretas Korut tengah membidik serangan ke bursa-bursa penukaran cryptocurrency di Korea Selatan. Mereka juga dilaporkan tengah menerobos situs berita bitcoin berbahasa Inggris serta mengumpulkan pembayaran tebusan bitcoin dari korban-korban malware WannaCry di seluruh dunia. 

Hal ini juga bertambah parah di tengah impitan sanksi internasional yang membelit Korea Utara. Sejumlah pakar keamanan mengatakan bahwa berlakunya sanksi baru yang lebih ketat terhadap negara ini hanya akan membuat Korut semakin membidik penggunaan mata uang digital.

“Kami melihat sanksi tersebut sebagai pemicu besar yang mendorong aktivitas semacam ini. Mereka (Korut) mungkin melihatnya sebagai solusi berbiaya rendah untuk menghasilkan uang tunai,” kata Luke McNamara, peneliti di FireEye dalam laporannya, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (13/9/2017).

Sepanjang 2017, FireEye melaporkan setidaknya ada tiga bursa penukaran mata uang digital di Korea Selatan yang terkena serangan. Korea Selatan menjadi target pencurian bukan hanya karena jaraknya yang dekat dengan Korea Utara. Negara K-Pop ini merupakan salah satu pusat perdagangan tersibuk untuk mata uang digital pada 2017.

Di saat yang sama, bursa Yapizon di Seoul juga kehilangan lebih dari 3.800 bitcoin akibat pencurian. Meski demikian, belum ada kejelasan lebih lanjut akan keterlibatan Korea Utara dalam aksi ini.

Bithumb, salah satu bursa penukaran terbesar untuk cryptocurrency yang berbasis di Seoul, dilaporkan mengalami pencurian data pelanggannya pada Juni karena aksi peretas.

Selain bursa penukaran, FireEye mengungkapkan situs berbahasa Inggris untuk berita bitcoin ditembus Korea Utara. Aksi ini dapat memungkinkan peretas mengidentifikasi orang-orang yang mengunjungi situs tersebut.

Namun begitu, FireEye menolak menjelaskan lebih lanjut informasi tentang situs tersebut. Ia mengatakan bahwa Korea Utara lebih menyukai target yang lebih besar seperti bursa penukaran, daripada pemilik individu mata uang digital.

Pada Senin, 11 September 2017, DK PBB baru menyetujui sanksi baru untuk menghukum negara arahan Kim Jong Un ini. Sanksi ekonomi yang diberlakukan mencakup pemangkasan impor produk minyak yang dimurnikan menjadi 2 juta barel per tahun. Selain itu, resolusi tersebut juga menetapkan larangan ekspor tekstil.

Diberlakukannya sanksi ini dapat memangkas ekspor Korut sebesar 90 persen. Larangan ekspor tekstil Korut ini akan menyebabkan negara tersebut rugi sebesar US$ 726 juta per tahun.

Simak video pilihan di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Negara yang terletak di Asi Timur. Negara ini dikenal dengan pemerintahannya yang otoriter
    Negara yang terletak di Asi Timur. Negara ini dikenal dengan pemerintahannya yang otoriter

    Korea Utara

  • Bitcoin seperti emas digital yang menawarkan dua pilihan yaitu sebagai alat investasi dan pembayaran.

    Bitcoin