Sukses

Menunggu Data Inflasi, Dolar AS Kembali Menguat

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah diperdagangan di angka 13.228 per dolar AS hingga 13.245 per dolar AS.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan Kamis ini. Pelaku pasar menunggu sinyal dari Bank Sentral AS.

Mengutip Bloomberg, Kamis (14/9/2017), rupiah dibuka di angka 13.240 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.201 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah diperdagangan di angka 13.228 per dolar AS hingga 13.245 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah masih mampu menguat 1,74 per dolar AS.

Sedangkan berdasarkan Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.239 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sebelumnya yang ada di angka 13.209 per dolar AS.

Dolar AS memang reli pada Kamis saat investor menunggu data inflasi dan kepercayaan konsumen. Data-data tersebut untuk mengetahui apakah Bank Sentral As atau the Federal Reserve (the Fed) akan menaikkan suku bunga acuan atay mempertahankan di level saat ini.

Pada perdagangan pekan lalu dolar AS tertekan karena adanya konflik geopolitik di Korea Utara usai negara tersebut meluncurkan uji coba rudal yang keenam. Pelemahan dolar AS lebih dalam karena ada dugaan Korea Utara kembali meluncurkan rudal pada hari ulang tahun. Namun dugaan tersebut tak terbukti.

Selain itu, penekan dolar AS adalah Badai Irma yang menerjang negara bagian Florida. Namun karena kerusakan yang diakubatkan badai tersebut tidak sebesar yang diperkirakan maka dolar AS bisa pulih dengan cepat.

Saat ini, Presiden AS Donald Trump sedang mencoba untuk melaksanakan janji-janji pada saat kampanye. Salah satunya adalah janji adanya pelonggaran kebijakan pajak. Ia sedang mendekati petinggi-petinggi di Partai Demokrat dan Partai Republik.

"Trump sedang memperbaiki hubungan dengan Demokrat melihat kegagalan rencana perubahan kebijakan kesehatan. Pelaku pasar sangat menyukai hal tersebut," jelas analis pasar uang Societe Generale, Tokyo, Jepang, Kyosuke Suzuki dikutip dari Reuters.

"Pasar bergerak sedikit dovish karena ekspektasi kenaikan suku bunga the Fed," jelas Analis pasar uang United Overseas Bank, Singapura, Heng Koon How.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.