Seperti Indonesia, Negara Ini Tertarik Kembangkan Bursa Syariah

Liputan6.com, Dubai - Tak hanya Indonesia, beberapa negara lain juga tertarik untuk mengembangkan pasar saham syariah. Bahkan negara tersebut bukan merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim yang besar. Negara dimaksud seperti China, New Zealand, Jepang dan Australia serta China.

Demikian diungkapkan Saeed Mubarak Khalfan Kharbash, Head of Strategy & Planning Dubai Islamic Economy Development Centre (DIEDC) di Dubai, Minggu (29/10/2017).

"China juga mau adopsi ini (pengelolaan bursa syariah) sehingga mereka bisa menjalankan bisnisnya ke negara-negara dengan penduduk Muslim dan beberapa negara lain," ujar dia.

Dia mengatakan, ini terlihat dari banyak perusahaan konvensional di China yang menerbitkan sukuk. Potensi pasar syariah global dinilai cukup besar.

Saat ini, ungkap dia, Dubai Financial Market (DFM) pun memiliki sejumlah investor non Muslim. Ini memang menjadi tujuan DFM untuk membuat pasar saham syariah mendunia. "Sebanyak 30 persen investor bukan muslim. Tapi tidak masalah," lanjut dia.

Penyebab hal ini, tutur dia karena DFM memberikan kualitas produk syariah dengan return yang baik sehingga ketap diburu para onvestor non-Muslim.

DFM saat ini memiliki indeks return 12 persen. Efek syariah yang ditawarkan yakni saham, sukuk, reksa dana, ETF dan REITS.

Pangsa pasar sukuk global DFM sebesar 10,5 persen atau terbesar ketiga di dunia. Sementara pangsa pasar reksa dana syariahnya mencapai 0,4 persen secara global.

Seperti diketahui, Direktur umum Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio bersama sejumlah media melakukan kunjungan ke Dubai Financial Market. Kunjungan ini bertujuan mengajak kerja sama DFM untuk mendirikan bursa efek syariah di Indonesia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini: