Sukses

Kofi Annan: Bisnis Adalah Kunci Hadapi Tantangan Ekonomi Global

Kofi Annan terlahir di Kumasi, Gold Coast (sekarang Ghana) pada 8 April 1938 dari keluarga aristokrat komunitas Ashanti dan Fante.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Sekretaris Jenderal Persatuan bangsa-bangsa (PBB) Kofi Annan menyatakan sektor bisnis adalah pemain kunci dalam menghadapi tantangan global. Dunia, saat ini masih dihadapkan banyak masalah.

Dikatakan Kofi Annan di acara AdAsia 2017 di Bali, konferensi periklanan terbesar se-Asia, Asia punya peran paling besar untuk menanggulangi masalah global. Wilayah ini menurutnya paling banyak berkontribusi pada kemisikan dan kelaparan.

"Kelaparan turun tajam dalam 20 tahun terakhir di Asia. Asia bisa jadi main driver di ekonomi global," tutur Kofi di acara yang diselenggarakan di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali (10/11/2017).

Dikatakan Kofi, di Asia juga berkembang teknologi dengan sangat pesat juga jumlah pengusaha yang meningkat tajam. Namun, meski begitu, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. "Bisnis adalah kunci untuk merespons tantangan ini," katanya.

Kofi Annan menyebut, masalah tersebut masih seputar kelaparan, kemiskinan, kekerasan, kemudian ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin, pasokan air bersih, wilayah kumuh, pendidikan, dan masih banyak lagi.

Kofi Annan mengatakan, dalam menanggulangi masalah dan tantangan ini, sektor dunia usaha bisa jadi motor penggerak utama.

"Saya yakin, kita ada di era di mana perusahaan yang melakukan bisnis dengan tanggung jawab dan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, akan jadi pemimpin besar di masa yang akan datang," tutupnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Perjalanan hidup

Kofi Annan terlahir di Kumasi, Gold Coast (sekarang Ghana) pada 8 April 1938 dari keluarga aristokrat komunitas Ashanti dan Fante, Kofi Atta Annan tumbuh saat situasi wilayahnya sedang dirundung gejolak.

Gold Coast, yang saat itu dikuasai oleh Inggris, sedang berjuang untuk memerdekakan diri.

Namun, meski besar di tengah semua gejolak itu, Annan muda justru tumbuh menjadi individu dengan optimisme tinggi. Seperti dikutip dari thefamouspeople.com, Senin (23/10/2017), Annan memiliki falsafah hidup bahwa "segalanya adalah mungkin".

Falsafah itu mungkin menjadi bara semangat sang Sekretaris Jenderal ke-7 PBB Kofi Annan dalam berkontribusi terhadap isu kemanusiaan dan perdamaian dunia.

Sang "Diplomat Ternama Afrika" --sebagaimana status yang disematkan oleh Nobelprize.org-- memulai kiprahnya dengan menempati sejumlah pos pekerjaan dalam sistem jenjang karier PBB.

Ia mendulang pengalaman dari berbagai sub-lembaga PBB, seperti World Health Organization, UN High Commissioner for Refugees, dan Markas Besar di New York.

Pada 1990, Annan memfasilitasi pemulangan staf diplomatik internasional dan warga negara Barat dari Irak, setelah negara itu menginvasi Kuwait. Ia juga memimpin perundingan awal dengan Baghdad mengenai penjualan minyak untuk mendanai bantuan kemanusiaan.

Barulah pada 1992, karier Annan sebagai diplomat perdamaian melejit, setelah ia menjabat sebagai Under-Secretary General for Peacekeeping pada Maret 1993 hingga Desember 1996. Demikian seperti dikutip dari Nobelprize.org.

Pria kelahiran Kumasi itu mengemban jabatan tersebut pada kala 70.000 militer dan personel PBB dikerahkan ke berbagai belahan dunia untuk mengintervensi sejumlah krisis krusial.

Semasa mengisi posisi itu, Annan juga mengepalai operasi perdamaian dalam Konflik Somalia 1993 dan Genosida Rwanda 1994. Ia juga terlibat sebagai Special Representative untuk urusan Yugoslavia (negara yang kini pecah menjadi Kroasia, Bosnia, Herzegovina, Serbia, Slovenia, dll).

Atas kerja kerasnya, ia dipilih menjadi kandidat Sekjen PBB menggantikan Boutros-Boutros Ghali yang periode jabatannya telah habis.

Annan resmi menampuk gelar tersebut pada awal 1997. Terpilihnya Annan merupakan hal yang spesial, karena ia merupakan orang pertama yang berhasil menampuk jabatan sekjen dengan menapaki karier dari jenjang staf di PBB.

 

3 dari 3 halaman

Dua periode

Annan menjabat sebagai Sekjen PBB selama dua periode. Periode pertama dimulai pada 1 Januari 1997. Usai menjabat selama lima tahun, Annan kembali menjabat sebagai sekjen untuk kedua kalinya pada 1 Januari 2002.

Sebagai sekjen, Annan dan PBB telah berkontribusi dalam upaya penyelesaian konflik, seperti mendesak Irak untuk mematuhi resolusi Dewan Keamanan PBB dan mempromosikan transisi pemerintahan sipil pasca-konflik di Nigeria pada 1998.

Annan juga berkontribusi dalam mendulang bantuan internasional terhadap Konflik Timor Leste dan mendorong perdamaian Israel - Palestina pada 2000.

Alumnus Massachusets Institute of Technology itu juga intens memperkuat kemitraan dengan masyarakat sipil, sektor swasta, dan pihak-pihak lain di luar pemerintahan yang kekuatannya melengkapi negara-negara anggota PBB.

Pada April 2000, Annan berkontribusi dengan mengeluarkan sebuah laporan tentang peran PBB di abad ke-21, menguraikan tindakan yang diperlukan untuk mengakhiri kemiskinan dan ketidaksetaraan, memperbaiki pendidikan, mengurangi HIV/ AIDS, melindungi lingkungan, dan melindungi masyarakat dari kekerasan.

Dan atas jerih payahnya, pada 2001, Annan dan PBB dianugerahi Nobel Perdamaian atas upayanya dalam merevitalisasi organisasi internasional itu menjadi lebih baik dari sebelumnya serta perjuangan keduanya dalam memperhatikan isu kemanusiaan dan mendorong perdamaian.

Meski telah mundur dari jabatannya sebagai Sekjen PBB, Annan tetap aktif pada berbagai aktivisme kemanusiaan dan perdamaian dunia, seperti pada krisis Suriah dan krisis kemanusiaan Rohingya di Myanmar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.