Sukses

Saham GE Bikin Wall Street Merosot Tajam

S&P 500 melemah 0,2 persen menjadi 2.578,87 yang ditekan oleh saham-saham di sektor energi karena penurunan harga minyak.

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street melemah pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta) karena tekanan dari saham General Electric (GE). Selain itu, pendorong pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) juga karena sentimen perlambatan ekonomi global dan rencana reformasi perpajakan AS.

Mengutip CNBC, Rabu (15/11/2017), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 30,23 poin dan ditutup di level 23.409,47 karena pelemahan saham General Electric yang telah terjadi selama dua hari berturut-turut.

Saham GE turun 5,9 persen ke level terendah sejak 2011 pada perdagangan Selasa dan telah terjun lebih dari 12 persen dalam dua hari terakhir. Perusahaan telah mengumumkan rencana restrukturisasi besar-besaran dan mengurangi dividen hingga 50 persen.

CEO GE John Flannery menjelaskan kepada NCBC bahwa ia tidak terkejut dengan reaksi investor karena memang perusahaan telah mengecewakan investor.

Pelemahan bursa saham di AS juga ditekan karena data ekonomi yang mengecewakan dari China sehingga menimbulkan kekhawatiran pelaku pasar mengenai ekonomi global.

S&P 500 melemah 0,2 persen menjadi 2.578,87 yang ditekan oleh saham-saham di sektor energi karena penurunan harga minyak.

Sedangkan Nasdaq menguat 0,3 persen dan ditutup di level 6.737,87.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Data China

Data penjualan eceran China yang dirilis semalam, data produksi industri dan pertumbuhan investasi tidak sesuai dengan prediksi pelaku pasar. Hal tersebut mendorong bursa Asia melemah dan indeks di Shanghai tergelincir 0,5 persen. Bursa saham di Eropa pun juga merosot sehingga ikut berpengaruh di Wall Street.

"Pertumbuhan ekonomi global disinkronkan dengan China sehingga apa yang terjadi dengan negara tersebutu akan sangat penting. Jika ada kemunduran di sana maka akan meluas ke pasar global," jelas analis Wunderlich Securities Art Hogan.

Perekonomian China pasti akan melambat ke level yang lebih jauh jika melihat data dari pertumbuhan kredit di negara tersebut yang lebih lambat," tambah analis Lindsey Group Peter Boockvar.

Sentimen lain yang mempengaruhi pergerakan pasar saham di AS adalah kekawatiran investor apakah anggota partemen dari Partai Republik akan bisa mengolkan rencana reformasi perpajakan di tahun ini juga.

Pekan lalu, Senat mengumumkan sebuah rancangan aturan yang berisi mengenai penundaan pemotongan tarif pajak perusahaan menjadi 20 persen sampai 2019.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.