Sukses

BI: Konsumsi Rumah Tangga Tumbuh Tidak Merata

Penjualan ritel untuk sektor komunikasi dan penjualan alat rumah tangga masih belum baik.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) menyatakan perbaikan konsumsi rumah tangga berlanjut seiring pertumbuhan ekonomi. Namun, perbaikan itu belum merata.

Deputi Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, ada beberapa indikator menunjukan hal tersebut. "Ada beberapa indikator pemulihan ekonomi itu berlanjut, perbaikkan konsumsi rumah tangga itu juga berlanjut tapi belum merata. Berbagai indikator menunjukan seperti itu," kata dia di BI Jakarta, Kamis (16/11/2017).

Dia menjelaskan, penjualan kendaraan baik motor maupun mobil mengalami pertumbuhan yang cukup positif. Untuk penjualan motor kuartal III tumbuh 18,1 persen. Kemudian, mobil juga tumbuh 7,8 persen.

Penjualan ritel juga cukup baik yakni tumbuh sekitar 5 hingga 6 persen. Jika dirinci, pertumbuhan yang cukup tinggi terdapat pada sektor makanan dan pakaian. Keduanya, tumbuh sekitar 10 persen.

Namun, penjualan ritel untuk sektor komunikasi dan penjualan alat rumah tangga masih belum baik. "Kalau kita lihat penjualan yang durable goods barang-barang yang tahan lama seperti alat elektronik, meubel memang itu yang menurun," ungkap Perry.

Kondisi itu juga sejalan dengan peningkatan pendapatan (disposible income) masyarakat. "Kalau kita bandingkan per kelompok pendapatan seperti itu memang yang belum meningkat kelompok yang menengah bawah, tapi untuk menengah atas peningkatannya cukup tinggi," sambungnya.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pendapatan tertekan

Menurut Perry, pendapatan masyarakat menengah ke bawah sempat tertekan karena penurunan pertumbuhan ekonomi yang terjadi dari tahun 2013 hingga 2015. Penurunan tersebut karena pelemahan harga komoditas.

"Oleh karena tingkat pendapatan di daerah-daerah yang kena penurunan ekspor di situlah daerah terlihat peningkatan pendapatan masih rendah," ujar dia.

Lalu, pendapatan masyarakat menengah ke bawah juga terkena imbas dari menurunnya remitansi dari tenaga kerja Indonesia (TKI).

"Faktor yang kedua tidak terlepas memang pertumbuhan remintasi TKI. Kita tahu TKI tahun 2015-2016 itu memang menurun drastis baik karena harga komoditas maupun karena ada kebijakan moratorium," tukas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.