Sukses

8 Siasat Keuangan buat Pasangan LDR

Pasangan long distance relationship (LDR) butuh alokasi dana untuk saling berkunjung.

Liputan6.com, Jakarta - Mungkin karena tuntutan pekerjaan, pendidikan atau faktor lain, saat ini Anda memutuskan untuk hidup terpisah jarak di kota atau negara yang berbeda dengann pasangan. Pasti sulit ya, mengatur komunikasi, apalagi dalam masalah keuangan.

Hidup berjauhan jelas tidak murah. Pasangan long distance relationship (LDR) butuh alokasi dana untuk saling berkunjung. Karena itu, mereka perlu mengontrol keuangan secara cermat agar tetap bisa mengalokasikan dana untuk tabungan atau investasi.

Namun begitu, komponen ini sama pentingnya dengan biaya kebutuhan pokok seperti pangan, karena ada beberapa fungsi yang tidak bisa digantikan melalui teknologi. Jadi Anda mesti didahulukan dengan menyisihkan anggaran khusus.

Satu hal yang perlu dijawab oleh suami istri LDR adalah, bagaimana keuangan keluarga saat berjauhan? Apakah tetap sehat? Dalam arti, ada sisa jika sebagian pendapatan digunakan untuk mengunjungi pasangan?

Apakah dengan selisih itu masih bisa menabung? "Kalau tidak ada selisih, lebih baik jangan tinggal berjauhan. Sayang sekali, mengorbankan keluarga untuk selisih gaji yang kecil," tegas Freddy Pieloor, Perencana Keuangan MoneynLove Planning & Consulting.

Bagaimana menyiasati beberapa problem finansial keluarga LDR agar suasana tetap aman tenteram, dikutip dari Danaxtra.com, Minggu (19/11/2017), ulasannya: 

1. Keluarga LDR Harus Pintar Berhitung

Bagi yang memilih LDR, Freddy mengingatkan agar pintar-pintar menghitung cukup tidaknya pendapatan untuk ongkos transportasi mengunjungi pasangan.

(artikel terkait : Solusi Keuangan agar Rumah Tangga Tetap Tenteram)

Sama seperti Freddy, Pandji Harsanto, Perencana Keuangan Finansia Consulting berpendapat, pasangan LDR mutlak harus bisa mengatur manajemen biaya transportasi ini. Namun, ia tidak punya hitungan khusus, berapa persen maksimal biaya transportasi yang harus dialokasikan dari pendapatan bulanan.

Untuk pasangan muda dengan anak yang masih bayi hingga duduk di bangku SD, Freddy bahkan menganjurkan keluarga sebaiknya tetap tinggal bersama.

"Kalau sampai usia SD, cari sekolah kan masih mudah. Lagipula lebih hemat tinggal berdampingan. Dan, anak usia segitu harus diasuh kedua orangtuanya," ujarnya.

Sedangkan bagi yang usianya sudah 45 ke atas dan sulit mencari pekerjaan lagi jika harus keluar dari pencaharian sekarang, LDR mungkin harus diterima dengan lapang dada. "Usia segitu anak-anak biasanya sudah SMP-SMA, agak susah kalau pindah-pindah sekolah," lanjutnya.

Jika bila anak-anak sudah dewasa, Pandji malah menganjurkan agar mereka ditinggal di kota asal dengan meminta orangtua atau saudara mengawasi. "Kalau biaya pulang pergi sebulan Rp 4 juta, apa tidak lebih baik tinggal berdekatan dan mencari asisten rumah tangga digaji Rp 2 juta untuk anak," sarannya.

2. Menabung untuk Kunjungan Keluarga LDR

Menabung pemasukan untuk biaya perjalanan mudik adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan kalau memang masih ada niat untuk bertemu pasangannya. Rencanakan dan komunikasikan dari awal, kita akan bertemu pasangan tiap berapa lama sekali. Dari situ kita bisa menghitung berapa besarnya biaya yang harus dikeluarkan dan berapa yang harus ditabung untuk moment spesial tersebut.

Sesuaikanlah kemampuan finansial dengan situasi yang ada. Bila ternyata biaya transportasi untuk biaya mudik begitu besar dan membebani keuangan rumah tangga, ada baiknya mengalah dengan menjarangkan intensitas pulang ke rumah.

Meski terpisah jarak dan timbul rasa kangen yang begitu besar untuk bertemu, tetap prioritaskan kebutuhan rumah tangga seperti dana pendidikan anak, cicilan utang, dan biaya operasional sehari-hari untuk dipenuhi terlebih dahulu.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

https://www.vidio.com/watch/287107-news-flash-tips-keuangan-aman-saat-ambil-cuti-tanpa-gaji

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Siasat pulang kampung

3. Siasati Biaya Kunjungan

Kalau sudah tidak ada jalan selain LDR, tentu harus dicarikan solusi bagaimana menyiasati biaya transportasi yang besar. Meski kunjungan rutin tetap harus diadakan, salah satu solusi yang dianjurkan adalah mengurangi frekuensi kunjungan. Jadi kalau sebelumnya Anda pulang sebulan sekali pada akhir pekan di awal bulan, mengapa tidak mengubah pola itu menjadi dua bulan sekali namun selama seminggu penuh?

Cobalah bernegosiasi kepada atasan untuk lembur pada beberapa Sabtu sebagai kompensasi pengalihan waktu libur. “Itu akan lebih hemat ongkos,” ujar Pandji lagi. Untuk mendapatkan harga lebih hemat, Anda bisa merencanakan perjalanan mengunjungi pasangan tersebut jauh-jauh hari demi mendapatkan harga tiket yang lebih murah.

4. Mudik Sekalian Berbisnis

Upaya lain yang bisa ditempuh untuk menyiasati biaya transportasi adalah dengan memanfaatkan kunjungan ke keluarga untuk berbisnis. Jadi sambil pulang, Anda bisa membawa barang dagangan dari kota tempat bekerja untuk dijual di kota asal.

Demikian pula sebaliknya, Anda bisa membawa dagangan khas kota asal untuk dijajakan di kota tempat bekerja. Lumayan, keuntungannya bisa untuk menambah biaya transport.

 

3 dari 5 halaman

Komunikasi intensif

5. Akali Komunikasi

Pasangan yang hidup terpisah jarak sudah tentu butuh biaya lebih besar untuk berkomunikasi. setidaknya melalui telepon atau saling berkunjung.

Untuk mengatasi biaya telepon yang membengkak, Anda bisa memanfaatkan akses komunikasi berbasis internet yang terbukti lebih murah. Seperti aplikasi Skype ataupun Viber.

Bukan hanya mengobrol, aplikasi itu bahkan memberikan kesempatan untuk melihat langsung lawan bicara sehingga Anda akan merasa seperti sungguh-sungguh berhadapan dengan pasangan.

6. Manajemen Keuangan Dobel

Mengatur keuangan rumah tangga LDR sebenarnya masih mirip dengan pasangan yang tinggal satu atap. Namun, memang ada beberapa hal yang harus dihitung sebagai pengeluaran tambahan ataupun double. Yang biasanya menjadi pengeluaran double adalah biaya tempat tinggal. Mungkin di suatu kota Anda sudah berkesempatan membeli rumah dan mencicil pembayarannya.

Namun tidak dinyana, Anda kemudian ditugaskan di kota lain. Dengan demikian, selain mencicil rumah sendiri, Anda juga harus mengeluarkan biaya tambahan untuk indekos bila tidak mendapatkan mess dari kantor.

Sementara, pengeluaran lainnya seperti biaya makan dan transportasi ke tempat kerja, sebenarnya tidak beda jauh dengan keluarga satu atap.

Kenyataannya, banyak pasangan yang tinggal satu atap namun waktu makan dan keberangkatan ke tempat kerja dilakukan sendiri-sendiri karena tujuannya berbeda.

 

 

4 dari 5 halaman

Akun terpisah

7. Akun Rekening Terpisah

Karena terpisah jarak, akan lebih baik bila baik suami dan istri masing-masing memiliki account rekening dan kartu ATM sendiri-sendiri. Tujuannya adalah untuk memudahkan transaksi-transaksi keuangan bila diperlukan.

Semisal yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak adalah sang suami di rantau, maka suami secara periodik akan mentransferkan sejumlah dana ke account istri untuk kebutuhan pendidikan anak. Akan lebih baik juga bila rekening suami dan istri berada di bank yang sama untuk menghindari terkena biaya transfer.

Karena meskipun besarnya tidak seberapa, karena mereka rutin dan dalam jangka panjang melakukannya, maka akumulasinya akan cukup besar.

8. Investasi Keluarga LDR

Untuk berinvestasi, cara yang digunakan juga relatif sama. Semisal suami yang bekerja di anjungan minyak, maka untuk membeli properti ataupun logam mulia, harus menitipkan beli pada istrinya yang berada di rumah.

Sedangkan untuk produk investasi yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan akan lebih mudah karena saat ini mayoritas sudah bisa didapatkan dengan cara online ataupun lewat mesin ATM. Yang penting diantara pasangan tersebut sudah ada kesepakatan dan komunikasi berapa dana yang akan disisihkan untuk berinvestasi.

 

5 dari 5 halaman

Keterbukaan Finansial Mutlak bagi Keluarga LDR

Apakah Anda LDR atau satu atap, keterbukaan pengelolaan finansial keluarga tidak bisa diganggu gugat. Keduanya mesti saling terbuka membahas apa saja yang menjadi kebutuhan keluarga. Juga fokus pada pemenuhan kebutuhan tambahan seperti biaya tempat tinggal di rantau, biaya komunikasi serta biaya transportasi untuk saling bertemu.

Dengan kemajuan teknologi, kebutuhan untuk membicarakan dan memenuhi kebutuhan akan dana pendidikan anak, dana pensiun, dana darurat, dana investasi dan lain-lain semestinya tidak terkendala.

Caranya, dari awal Anda mesti sudah ada kesepakatan pembagian tanggung jawab masing-masing kebutuhan tersebut. Bagi pasangan yang hidup terpisah jarak, yang perlu menjadi perhatian utama terutama adalah masalah komunikasi dan keterbukaan.

Karena jarang bertemu muka, mereka harus rajin-rajin berkomunikasi dan terbuka tentang keadaan masing-masing sehingga dapat saling memahami dan bertanggung jawab atas apa yang sudah menjadi komitmen bersama.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini