Sukses

Awal Sesi, IHSG Menguat 11 Poin ke 6.081

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik 11,63 poin ke posisi 6.081 pada pra pembukaan perdagangan saham Kamis pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali lanjutkan penguatan di tengah bursa saham global yang bervariasi. Bahkan, IHSG tembus rekor tertinggi baru pada pembukaan perdagangan saham.

Pada pra-pembukaan perdagangan saham, Kamis (23/11/2017), IHSG naik 11,63 poin ke posisi 6.081,41. Pada pembukaan pukul 09.00 WIB, IHSG naik 15 poin ke posisi 6.085. Indeks saham LQ45 naik 0,27 persen ke posisi 1.019. Sebagian besar indeks saham acuan menghijau.

Ada sebanyak 109 saham menguat sehingga mengangkat IHSG. Sedangkan 33 saham melemah dan 100 saham diam di tempat. Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.090,64 dan terendah 6.080,75.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 20.801 kali dengan volume perdagangan saham 690,5 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 345,9 miliar. Investor asing melakukan aksi jual Rp 12,08 miliar di pasar reguler. Tercatat, posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.498.

Secara sektoral, sebagian besar sektor saham menghijau kecuali sektor saham perdagangan turun 0,25 persen. Sektor saham infrastruktur naik 0,58 persen, dan catatkan penguatan tertinggi. Disusul sektor saham barang konsumsi mendaki 0,29 persen dan sektor saham tambang naik 0,28 persen.

Saham-saham yang catatkan keuntungan dan penggerak IHSG antara lain saham MGNA naik 19,01 persen ke posisi Rp 144 per saham, saham SMDR melonjak 5,45 persen ke posisi Rp 464 per saham, dan saham IMJS menguat 3,55 persen ke posisi Rp 292 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham BDMN turun 1,35 persen ke posisi Rp 5.500 per saham, saham PNBS merosot 1,27 persen ke posisi Rp 78, dan saham FINN susut 1,16 persen ke posisi Rp 171 per saham.

Di seluruh pasar, investor asing gencar beli saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Sementara itu, bursa saham Asia cenderung bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,19 persen, indeks saham Singapura menguat 0,09 persen, dan indeks saham Taiwan naik 0,27 persen. Sedangkan indeks saham Korea Selatan Kospi melemah 0,16 persen dan indeks saham Shanghai turun 0,34 persen.

Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak variatif pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan, IHSG akan bergerak pada support 6.025 dan resistance 6.085.

Laju IHSG akan variatif setelah sehari sebelumnya menembus rekor. Kemarin, IHSG naik 37,92 poin ke level 6.069,78.

"Dengan sektor aneka industri dan pertambangan memimpin penguatan. Saham ASII dan BUMI menguat cukup optimis," kata dia, di Jakarta, Kamis pekan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bursa Asia Menguat

Sebelumnya, bursa saham Asia menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini, seiring spekulasi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve tidak terlalu agresif untuk menaikkan suku bunga pada 2018. Ini membuat dolar AS melemah.

Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,15 persen. Indeks saham Australia turun 0,07 persen. Sementara itu, indeks saham Korea Selatan belum buka hingga ujian masuk perguruan tinggi nasional. Bursa saham Jepang Nikkei libur. Ini akan membuat volume perdagangan saham tipis di bursa saham Asia.

Di pasar uang, dolar AS cenderung tertekan terhadap yen. Tekanan terhadap dolar AS dipicu dari rilis risalah rapat the Federal Reserve yang fokus terhadap inflasi yang diperkirakan masih di bawah target dua persen.

Selain itu, pernyataan pimpinan the Federal Reserve Janet Yellen yang mengindikasikan ketidakpastian inflasi ke depan. Ini mendorong pasar menilai kenaikan suku bunga pada 2018 masih sesuai rencana. Suku bunga bank sentral AS diperkirakan naik dari 1,25 persen menjadi 1,5 persen pada Desember 2017.

Indeks dolar AS pun berada di kisaran 93,27. Euro berada di kisaran US$ 1,1817. Dolar AS berada di posisi 111,23 terhadap yen.

"Pergerakan dolar AS mengejutkan jelang Thanksgiving dan FOMC minutes memberikan dorongan lain. Kelihatannya pejabat the Federal Reserve tidak nyaman dengan inflasi yang rendah. Investor pun bertanya-tanya apakah harus membeli banyak dolar AS," ujar Sean Callow, Analis Westpac seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (23/11/2017).

Pergerakan bursa saham Asia juga dipengaruhi oleh wall street yang bervariasi. Indeks saham Dow Jones turun 0,27 persen. Indeks saham S&P 500 susut 0,08 persen. Sedangkan indeks saham Nasdaq bertambah 0,07 persen.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.