Sukses

Krisis Ekonomi Memburuk, Inflasi di Venezuela Capai 4.000 Persen

Kondisi ekonomi Venezuela terus terjerembab dalam krisis sejak pemerintah gagal membayar beberapa utangnya.

Liputan6.com, Jakarta Krisis ekonomi yang menimpa Venezuela makin parah. Mata uang Venezuela, bolivar, dilaporkan tidak lagi bernilai. Kebijakan yang dilakukan pemerintah juga tidak mempan membendung harga bahan makanan dan obat yang semakin meningkat.

Nilai mata uang bolivar anjlok 96 persen tahun ini. Sebagai perbandingan, kini diperlukan 84 ribu bolivar untuk membeli US$ 1. Padahal pada awal November, US$ 1 masih bernilai 41 ribu bolivar.

Jutaan rakyat Venezuela kini harus terus-menerus melihat situs pertukaran valuta asing untuk tahu berapa uang yang diperlukan untuk membeli makanan. Adanya krisis ekonomi Venezuela ini paling memberikan pengaruh pada masyarakat kelas bawah.

Profesor di John Hopkins University Steve Hanke mengatakan, inflasi di Venezuela melonjak ke 4.115 persen jika dibandingkan dengan satu tahun lalu. Kondisi negara di Amerika Selatan bahkan terus terjerembab sejak pemerintah gagal membayar beberapa utangnya.

"Perekonomian benar-benar dalam spiral kematian. Kondisi bahkan semakin buruk dalam dua minggu terakhir ini," kata Hanke seperti dikutip dari CNNMoney, Kamis (23/11/2017).

Hal yang sama juga dikatakan lembaga riset Venezuela, Ecoanalitica. Lembaga ini memperkirakan harga melonjak sekitar 1.430 persen di Oktober apabila dibandingkan dengan tahun lalu. Harga hotel dan restoran juga meningkat 70 persen pada Oktober jika dibandingkan dengan satu bulan sebelumnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Harga yang meninggi memaksa rakyat Venezuela mengantre di ATM dan supermarket selama berjam-jam untuk mendapatkan kebutuhannya. Hal ini diperkirakan bisa semakin parah dalam waktu dekat.

Baik pemerintah maupun perusahaan minyak milik negara, PDVSA baru-baru ini gagal membayar beberapa utang. Jika terjadi makin banyak kegagalan pembayaran, investor dapat menyita satu-satunya aset berharga Venezuela, yakni minyak di Amerika Serikat.

Jika ini terjadi, sumber uang utama pemerintah akan tercekik dan mereka bakal semakin kesulitan mengimpor makanan dan obat-obatan.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro memaksa agar utang negara bisa direkstrukturisasi. Pemerintah dan PDVSA terbelit hutang lebih dari US$ 60 miliar ke pemegang obligasi. Bank sentral memiliki cadangan kurang dari US$ 10 miliar yang perlahan-lahan menyusut dalam beberapa tahun terakhir karena Venezuela harus membayar utang.

Menurut analisis Moody's Investor Service, total Venezuela berutang US$ 141 miliar kepada pemegang obligasi, Rusia, China, kontraktor dan penyedia layanan minyak. Beberapa waktu yang lalu, lembaga pemeringkat S&P menggolongkan Venezuela ke negara yang gagal bayar utang (default).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.