Sukses

Harga Minyak Melonjak Imbas Pasokan Terganggu

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia menguat menjelang akhir pekan ini bahkan harga minyak Amerika Serikat (AS) mencatatkan level tertinggi lebih dari dua tahun. Penguatan harga minyak itu didukung penutupan pipa yang terus berlanjut dari Kanada ke Amerika Serikat (AS).

Hal tersebut dapat kurangi pasokan ke fasilitas penyimpanan utama. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 93 sen atau 1,6 persen menjadi US$ 58,95 per barel. Harga minyak Brent mendaki 31 sen atau 0,49 persen menjadi US$ 63,86 per barel. Volume perdagangan minyak tipis lantaran libur Thanksgiving di AS.

Sentimen pipa Keystone mempengaruhi pasar. TransCanada Corp yang produksi minyak 590 ribu barel per hari menutup pipa keystone yang menghubungkan Alberta ke kilang AS pada 16 November usai tumpahan ditemukan di Dakota Selatan.

Belum jelas kapan pipa itu kembali beroperasi. Namun membawa sebagian besar minyak mentah ke Cushing, Oklahoma. Penghentian operasi dapat membuat sedikit minyak masuk ke penyimpanan.

"Pasar mengharapkan untuk terus melihat hasil imbang dari Cushing sehingga mengubah pasar WTI kembali naik. Akan tetapi keuntungan harga minyak dalam sepekan ini dapat berbalik jika Rusia tak ingin ikuti kesepakatan OPEC, dan bila dapat keluhan dari Irak dan Iran," jelas Tariq Zahir, Analis Tyche Capital Advisors seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (25/11/2017).

Produksi minyak global juga semakin ketat lantaran penurunan produksi sejak Januari yang dilakukan the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), Rusia dan beberapa produsen lainnya.

OPEC pun akan melakukan pertemuan pada 30 November. Pada pertemuan itu, OPEC diperkirakan memperpanjang pemangkasan produksi minyak dari batas waktunya hingga Maret. Hal itu dapat jadi sentimen untuk harga minyak.

Namun Rusia memberi sinyal beragam terkait dukungannya untuk memperpanjang pemangkasan produksi minyak. "Dengan mayoritas anggota OPEC yang mendukung perpanjangan. Dukungan Rusia adalah risiko utama," tulis Jon Rigby, Kepala Riset UBS.

Ia menambahkan, Presiden Rusia Vladimir Putin mengindikasikan Rusia mendukung kesepakatan itu hingga akhir 2018. Namun komentar pejabat dan media Rusia menciptakan ketidakpastian .

Meski demikian, meningkatnya produksi minyak AS telah menahan kenaikan harga minyak mentah. Produksi minyak AS naik 15 persen sejak pertengahan 2016 mencapai 9,66 juta barel per hari. Kenaikan produksi minyak didorong pengeboran shale.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Harga Minyak Menguat

Sebelumnya harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) mencapai level tertinggi dalam dua tahun, seiring penutupan pipa minyak utama dari Kanada. Kenaikan terjadi di tengah pengetatan pasar yang berlawanan dengan kenaikan produksi minyak dari AS.

Melansir laman Reuters, Jumat 24 November 2017, harga minyak mentah West Texas Intermediate naik 54 sen menjadi US$ 58,56 per barel. Harga mendekati posisi puncak dalam dua tahun sebesar US$ 58,58 yang disentuh sesi sebelumnya.

Penutupan pipa keystone TransCanada Corp (TRP.TO) yang memproduksi 590 ribu barel minyak per hari, setelah tumpahan pada pekan lalu mendorong harga minyak AS. Penutupan pipa diprediksi akan mengurangi pasokan di pusat penyimpanan Cushing, Oklahoma.

"Persediaan harus dikurangi dalam beberapa minggu ke depan," kata Martin King, Analis GMP First Energy di Calgary.

Harga minyak juga didukung penarikan persediaan bahan bakar komersial di Amerika Serikat.

Pasar tampaknya mengabaikan data yang menunjukkan output minyak AS telah meningkat sebesar 15 persen sejak pertengahan 2016, sampai mencapai rekornya di 9.66 juta bph. Ini membantu mengubah Amerika Serikat dari importir terbesar dunia menjadi eksportir besar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.