Sukses

Menko Luhut Ajak PM Denmark Jalan Kaki di Atas Tumpukan Sampah

Menko Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengajak PM Denmark berjalan-jalan di atas tumpukan sampah di kawasan Pasar Ikan, Jakarta

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengajak Perdana Menteri (PM) Denmark, Lars Lokke Rasmussen melihat tumpukan sampah di sekitar‎ kawasan Pasar Ikan, Jakarta Utara. Aktivitas ini dilakukan setelah penandatanganan perjanjian hibah pemerintah Denmark untuk Indonesia sebesar Rp 11,8 miliar.

Dari pantauan Liputan6.com, Jakarta, Selasa (28/11/2017), Luhut dan Rasmussen didampingi Country Director Bank Dunia,‎ Rodrigo A.Chaves, dan Duta Besar Denmark Untuk Indonesia Rasmus Abildagaard Kristensen menyambangi tumpukan sampah yang terletak di sisi belakang Museum Bahari di Jalan Pasar Ikan.

Di atas tumpukan sampah bercampur lumpur yang sudah mengering tersebut, Luhut dan rombongan asyik membicarakan masalah sampah. Di lokasi yang sama, Rasmussen menyambangi sekelompok anak-anak yang asyik bermain di atas tumpukan sampah tersebut.

Rasmussen bertanya kepada anak-anak mengenai pemahaman terhadap bahaya sampah plastik yang langsung diterjemahkan oleh Luhut.

"Apakah kamu tahu sampah berbahaya?," kata Luhut menerjemahkan pertanyaan Rasmussen.

Anak anak tersebut pun mengangguk sambil berkata "Iya,".

Ramussen berpesan kepada anak-anak untuk tidak membuang sampah sembarangan, karena akan membahayakan lingkungan dan kehidupan.

"Jangan buang sampah di tempat lain, berbahaya," ujar dia.

Laut Indonesia merupakan sumber makanan dan gizi yang besar, sebagai sumber mata pencarian serta berkontribusi penting terhadap perekonomian nasional. Timbunan sampah di laut dan degradasi kawasan pesisir yang terus berlanjut akan membahayakan keamanan pangan dan pariwisata laut,‎ serta ketahanan pesisir Indonesia terhadap erosi pantai.

OMCD-MDTF akan menjadi landasan perlindungan laut di Indonesia, guna meningkatkan inisiatif dan investasi dalam memperbaiki pengelolaan limbah pada di kota pesisir, serta mengurangi limbah plastik dan limbah lainya di laut.

"Kami bangga menjadi negara pertama yang memberikan dukungan kepada OMC-MDTF karena bagi kami sudah saatnya inisiatif ini hadir untuk mengurangi sampah di laut," tandas Luhut.

Tonton Video Pilihan Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

RI Akan Adopsi Teknologi Pengolahan Sampah Negara Skandinavia

Indonesia berencana mengadopsi teknologi pengelolaan sampah menjadi energi seperti yang telah digunakan negara-negara Skandinavia. Langkah ini merupakan upaya untuk menanggulangi masalah sampah yang terus menghantui negara ini.

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim Kemenko Kemaritiman Arif Havas Oegroseno mengatakan,‎ Denmark, Finlandia, Swedia dan Norwegia telah mampu membuat teknologi pengolahan sampah menjadi energi listrik.

Teknologi yang dipakai negara-negara tersebut bisa menjadi solusi untuk Indonesia yang sedang berjuang menanggulangi sampah. ‎

"Jadi, kita harus cari inovasi baru yang menangani sampah secara paralel. Tidak bisa satu persatu dikerjakan sama-sama," kata Havas pada National Confrence On Waste To Energy di Jakarta, Senin (11/9/2017).

Menurut Havas, saat ini penanganan sampah menjadi kewenangan pemerintah daerah. Namun, pada kenyataannya, anggaran pengolahan sampah masih rendah, yaitu hanya 2,6 persen dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Hal ini membuat penanganan sampah masih belum optimal.

"Karena gini, dalam pengelolaan sampah di Indonesia itu standar internasional. ‎Standar internasional itu pengelolaan sampah antara US$ 12 sampai US$ 15 per orang per tahun. Tapi rata-rata pengelolaan sampah di Indonesia antara U$ 6 sampai US$ 7 per orang per tahun," ujar dia.

‎Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan, untuk mengatasi masalah sampah, Indonesia perlu meniru negara negara maju.

Bahkan, dia pun menginginkan ada transfer teknologi agar Indonesia tidak hanya menjadi tempat pemasaran saja.

"Kerja sama transfer teknologi itu yang paling penting. Kita enggak mau jadi market saja. Kita mau lihat teknologinya, kita buat," ujar Luhut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.