Sukses

Harga Minyak Tertekan Imbas Ketidakpastian Hasil Pertemuan OPEC

Perpanjangan pemangkasan produksi minyak menjadi salah satu yang dibahas pada pertemuan OPEC. Sentimen ini pengaruhi harga minyak.

Liputan6.com, New York - Harga minyak melemah terbebani ketidakpastian mengenai hasil pertemuan the Organization Petroleum Energy (OPEC) pada pekan ini. Salah satu hal dibahas mengenai perpanjangan pemotongan produksi minyak.

Harga minyak juga dapat tekanan usai kebakaran terjadi di kilang Beaumont, Texas. Kilang Exxon Mobil Co tersebut produksi sekitar 362.300 barel per hari.

Harga minyak Brent turun 23 sen atau 0,4 persen menjadi US$ 63,61 per barel. Sementara itu, harga minyak Amerika Serikat (AS) susut 12 sen atau 0,2 persen ke posisi US$ 57,99.

Sentimen pertemuan OPEC membayangi pergerakan harga minyak. OPEC sedang menuju perundingan kebijakan yang lebih ketat. Arab Saudi mendorong untuk memperpanjang pengurangan produksi. Sedangkan produsen minyak non OPEC Rusia ragu-ragu.

Sejumlah sumber mengatakan, produksi minyak Rusia dari proyek Sakkhalin diperkirakan meningkat. Oleh karena itu, Rusia merasa sulit untuk mematuhi pengurangan produksi OPEC pada 2018.

Sumber mengatakan, kalau komite teknis gabungan OPEC dan non OPEC merekomendasikan perpanjangan pemotongan produksi hingga akhir 2018. Dengan opsi meninjau kembali kesepakatan itu pada Juni.

Menteri Energi Irak mengatakan, pihaknya mendukung perpanjangan pemotongan produksi minyak. Sementara itu, Kuwait menuturkan belum meyetujui pemangkasan produksi minyak.

"Kami percaya hasil pertemuan ini jauh lebih tidak pasti dari biasanya. Kami melihat risiko terhadap harga minyak," tulis Analis Goldman Sachs, seperti dikutip dari laman Reuters, Rabu (29/11/2017).

Pasar memperkirakan, OPEC akan perpanjangan produksi 1,8 juta barel per hari hingga akhir 2018. Ini sebagai langkah kurangi pasokan minyak di pasar. Namun hal itu menjadi kurang pasti. Kepala Riset Citigroup Ed Morse mengharapkan, perpanjangan pemangkasan produksi minyak hingga pertengahan Juni.  Ini dapat pengaruhi pergerakan harga minyak. "Tapi apapun yang kurang dari perpanjangan hingga akhir tahun depan akan sebabkan aksi jual," kata dia.

Konsultan Wood Mackenzie menyatakan kesepakatan pemotongan produksi minyak berakhir pada Maret 2018 akan meningkatkan pasokan minyak dunia sebesar 2,4 juta barel pada 2018.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pipa Keystone Kembali Beroperasi Bikin Harga Minyak Turun pada Perdagangan Kemarin

Sebelumnya harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun lebih dari 1 persen, dari level tertingginya dalam dua tahun.

Ini terpicu prediksi kenaikan pasokan seiring mulai beroperasinya kembali pipa Keystone dan ketidakpastian Rusia akan kembali bergabung dalam kesepakatan pemangkasan pasokan di OPEC.

Melansir laman Reuters, Selasa 28 November 2017, harga minyak berjangka Brent turun 2 sen menjadi US$ 63,84 per barel. Sementara harga minyak mentah AS turun 84 sen atau 1,4 persen lebih rendah menjadi US$ 58,11 per barel.

Pada hari Jumat pekan lalu, harga minyak mentah AS menyentuh posisi US$ 59,05 per barel. Ini angka terkuat sejak pertengahan 2015.

Harga minyak naik usai TransCanada Corp. (TRP.TO) mengatakan akan memulai kembali operasi jaringan pipa minyak mentah Keystone pada Rabu setelah mendapatkan persetujuan dari regulator.

TransCanada yang berbasis di Calgary menutup pipa berkapasitas 590 ribu barel per hari, salah satu jalur ekspor utama minyak mentah Kanada ke Amerika Serikat, pada 16 November lalu. Penutupan usai terjadinya kebocoran 5.000 barel minyak di South Dakota.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.