Sukses

Menteri Susi Tantang Anies-Sandi Ubah Danau Sunter Jadi Bersih

Menteri Susi Pudjiastuti menantang Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta untuk mengubah Danau Sunter jadi bersih.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti berkunjung ke Swiss belum lama ini. Dalam kunjungan tersebut, Susi menyempatkan diri berkunjung ke sebuah danau di Jenewa.

Kunjungan tersebut diabadikan dalam sebuah video. Liputan6.com mendapatkan rekaman tersebut dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

"Kita habis meeting dengan ILO, WTO, ada waktu luang makan siang di pinggir danau bersih sekali, angsanya cantik, danaunya jernih. Pak Sandi (Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno) pasti tahu dan pernah ke sini," kata Susi, Jakarta, Rabu (29/11/2017).

Dalam video tersebut, Susi menantang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengubah Danau Sunter menjadi danau yang bersih.

"Sekarang Beliau punya power dan authority di Jakarta. Saya yakin Danau Sunter bisa dibikin seperti ini. Setuju enggak pembaca?" ujar dia.

Susi  Pudjiastuti meyakini, pemimpin di DKI Jakarta itu punya keinginan yang sama dengannya. Susi ingin Danau Sunter seperti danau di Jenewa, Swiss.

"Saya yakin mereka punya perasaaan yang sama dengan saya, bermimpi Danau Sunter menjadi seindah danau di Jenewa," kata dia.

 Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menteri Susi: Pikat Dunia dengan Keindahan Laut Banda

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bersama Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Joseph R. Donovan menghadiri acara Peringatan 350 Tahun Treaty of Breda (Perjanjian Breda), yaitu kesepakatan pertukaran Manhattan (sekarang New York) dengan Pulau Run, Kepulauan Banda, Kabupaten Maluku Tengah.

Peringatan perjanjian antara Belanda dan Inggris tersebut ditandai dengan penandatanganan prasasti 350 tahun Treaty of Breda oleh Menteri Susi dan Donovan, di Pulau Run, Minggu, 22 Oktober 2017.

Turut hadir dalam kesempatan tersebut Sekretaris Daerah (Sekda) Maluku Hamin Bin Thahir, Wakil Bupati Maluku Tengah Larlatu Leleury, dan sejumlah Muspida Maluku Tengah.

Sebagai informasi, Perjanjian Breda merupakan kesepakatan Belanda untuk melepaskan kekuasaannya di Manhattan yang kala itu dinamai Nieuw Amsterdam untuk ditukar dengan Pulau Run di Kepulauan Banda demi mempertahankan monopoli Belanda atas perdagangan rempah dunia pada abad ke-17.

Belanda rela menukar Pulau Manhattan dengan Pulau Run karena hasil perkebunannya berupa buah pala memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sehingga dengan memiliki Pulau Run, Belanda memegang peran penting dalam perekonomian dunia kala itu.

Pulau Manhattan yang terletak di sebelas selatan ujung Sungai Hudson merupakan satu dari lima kota bagian yang membentuk New York yang ada saat ini.

"Saya sebetulnya tidak mengira bahwa ada pulau kecil jauh dari mana-mana, in the middle of nowhere, bisa menjadi bahan tukar guling antara dua pemerintah di dunia. Bahkan itu yang mengakhiri perang antara Belanda dan Inggris. Itu adalah salah satu hal yang luar biasa,” ungkap Menteri Susi dalam pidatonya, seperti dikutip dari keterangan tertulis, Selasa 24 Oktober 2017.

Selain terkenal dengan kekayaan rempah-rempahnya, Pulau Run juga terkenal dengan hasil lautnya. Untuk itu, Susi mengimbau agar masyarakat turut mengembangkan potensi laut dengan optimal. Ia ingin agar masyarakat Pulau Run dan masyarakat Maluku pada umumnya menjaga lautnya dari ‘penjarahan’ negara asing, selayaknya mereka menjaga sumber daya rempah dari para penjajah.

"Kapal-kapal ikan besar besar yang selama ini mengambil ikan Bapak dan Ibu punya sudah pergi. Sekarang tuna besar-besar Bapak nikmati dan tangkap. Saya yakin tiga tahun yang lalu tidak ada ikan tuna yang 90 kg di sini karena dari dulu lebih dari ribuan kapal asing di Provinsi Maluku yang menangkap ikan di tengah laut Bapak-bapak," tutur Susi.

Sebagai tindak lanjut bersihnya laut dari pencuri, Susi meminta masyarakat setempat untuk ikut mengawasi kembalinya para pencuri ikan dan meninggalkan penggunaan alat tangkap dan bahan peledak yang dapat merusak lingkungan seperti trawl (pukat harimau), bom, dinamit, potasium, dan sebagainya.

Susi juga mengimbau agar masyarakat tidak lagi memunggungi laut dengan mengubah beranda depan rumah menghadap ke laut. Hal ini dilakukan agar masyarakat tak lagi sembarangan membuang sampah ke laut.

"Sekarang dapurnya yang menghadap ke jalan, kamar dan ruang depannya yang menghadap ke laut. Betapa indahnya lihat gelombang, riaknya air biru, bersih, cantik," ujar Susi.

Ia ingin masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga laut dari sampah plastik. “Tolong bersihkan jangan sampai ramalan 2050 itu nanti terbukti. Nanti 2030 sampah dan ikan, plastik dan ikan sama jumlahnya di laut. Tahun 2050 lebih banyak plastik daripada ikan di laut,” tambahnya lagi.

Hal ini menjadi penting karena menurut Susi, jika dulu orang tertarik datang ke Maluku karena pala, lada, dan cengkihnya, sekarang laut, koral, dan ikannya yang menjadi daya tarik.

"Kembalikan sejarah seperti 300 tahun yang lalu. Masyarakat dari seluruh dunia mencari Pulau Run karena kekayaannya yaitu ikan, koral yang bersih, dan air laut yang jernih," kata dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.