Sukses

Harga Minyak Turun Terpicu Pernyataan Menteri Kuwait dan Rusia

Pasar minyak telah susut dalam dua hari terakhir.

Liputan6.com, Jakarta Harga minyak menyentuh posisi terendah pada hari ini, dipicu pernyataan yang bertentangan dari menteri minyak sehari menjelang pertemuan OPEC di Wina. Pernyataan keluar saat para anggota memperdebatkan jalan perpanjangan kesepakatan pemotongan minyak oleh anggota OPEC.

Melansir laman Reuters, Kamis (30/11/2017), harga minyak mentah berjangka Brent  turun 82 sen menjadi US$ 62,79 per barel. Sementara minyak mentah AS turun 97 sen menjadi US$ 57,01 per barel.

Harga minyak mentah berjangka telah mencapai titik tertingginya setelah Menteri Perminyakan Kuwait Essam al-Marzouq, mengatakan komite pemantau utama merekomendasikan untuk memperpanjang kesepakatan pemotongan pasokan kelompok tersebut sampai akhir 2018.

Namun sentimen tersebut dilemahkan oleh pernyataan dari menteri perminyakan Rusia, yang menyarankan pasar minyak masih harus seimbang.

Kartel tersebut masih menimbang faktor penyeimbang meningkatnya produksi AS, dan mempertimbangkan sebuah klausul yang memungkinkan kelompok tersebut meninjau potensi perpanjangan pada pertemuan musim semi 2018 pada Mei atau Juni.

"Ada antisipasi yang meningkat dari kesepakatan pemutusan produksi yang diperpanjang untuk sisa 2018. Namun, kemungkinan untuk klausul dikaji kembali akan dilihat secara ketat," kata Abhishek Kumar, Analis energi senior Interfax Energy Global Gas Analytics di London.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Produksi Minyak AS

Pasar minyak telah susut dalam dua hari terakhir, karena kekhawatiran bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, dan non-anggota seperti Rusia, kemungkinan hanya mempertimbangkan perpanjangan kesepakatan dalam jangka pendek, dari saat ini memotong pasokan sebesar 1,8 juta barel per hari ( bpd) sampai Maret.

Ketidakpastian itu berlanjut sampai Rabu, yang oleh beberapa analis dikaitkan dengan kondisi pasar yang umumnya positif, dalam beberapa pekan terakhir untuk mengantisipasi perpanjangan kesepakatan.

"Kesepakatan pemutusan produksi mungkin sebagian besar dibanderol saat ini dan begitu mereka mengumumkannya, pasar akan mencari yang berikutnya," kata Gene McGillian, Manajer Riset Pasar Tradition Energy di Stamford, Connecticut.

Pasar juga tampaknya tak terpengaruh langkah penarikan 3,4 juta barel, persediaan minyak mentah AS. Penarikan ini di luar prediksi. 

Produksi minyak AS mencapai rekornya setiap minggu dalam beberapa bulan terakhir. Untuk minggu sampai 24 November, produksi naik menjadi 9,68 juta bph.

Angka itu masih kurang dari rekor 10 juta plus bpd yang ditetapkan pada awal 1970-an, data bulanan dari Administrasi Informasi Energi A.S.

Penarikan minyak mentah AS didorong penutupan pipa Keystone, yang mengurangi persediaan di Cushing, pusat minyak Oklahoma sebesar 2,9 juta barel.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.