Sukses

Harga Minyak Merosot Usai Data Pasokan AS Meningkat

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun hampir tiga persen, dan masuk level terendah dalam dua bulan.

Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia cenderung tertekan. Bahkan harga minyak Amerika Serikat (AS) turun hampir tiga persen, dan catatkan penurunan terbesar lebih dari dua bulan.

Harga minyak yang tertekan itu usai pasokan minyak AS meningkat tajam menunjukkan permintaan mungkin lesu. Sementara itu, produksi minyak AS mencapai rekor mingguan lainnya.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun US$ 1,66 atau 2,9 persen menjadi US$ 55,96 per barel. Level harga minyak itu terendah sejak 16 November, dan penurunan terbesar dalam satu hari sejak 6 Oktober.Sedangkan harga minyak Brent susut 2,6 persen atau US$ 1,64 per barel menjadi US$ 61,22, dan terendah sejak 2 November.

 Data pemerintah menunjukkan pasokan bensin Amerika Serikat (AS) naik 6,8 juta barel dan persediaan distilasi atau penyulingan naik 1,7 juta barel. Keduanya naik melampaui survei Reuters.

Analis menilai data kenaikan pasokan mengejutkan itu menekan harga minyak sehingga rentan terhadap aksi jual. Sementara itu, data the Energy Information Administration menunjukkan stok minyak mentah AS turun 5,6 juta barel, lebih dari yang diperkirakan.

Hal itu lantaran sebagian penutupan jalur pipa Keyston usai terjadi kebocoran di South Dakot pada pertengangan November sehingga memotong arus ke Cushing, Oklahoma.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Produksi minyak mentah AS naik menjadi 9,7 juta barel per hari. Ini level tertinggi secara mingguan meski pernah sentuh rekor tertinggi pada 1970-an.

Kenaikan produksi minyak itu dapat melemahkan usaha organisasi negara pengekspor minyak atau the Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), Rusia dan produsen lainnya untuk kurangi pasokan.

OPEC memutuskan memperpanjang pemangkasan produksi minyak hingga 2018. Sentimen itu telah membantu mengangkat harga minyak Brent lebih dari 40 persen sejak Juni.

"Sentimen berbasis dukungan terhadap harga minyak mentah telah agak mereda lantaran pelaku pasar melihat pertemuan OPEC pada pekan lalu," ujar Abhishek Kumar, Analis Interfax Energy Global.

Menteri Perminyakan Rusia Alexander Novak mengatakan terlalu dini untuk mengungkapkan usai keluarnya kesepakatan OPEC. Lantaran proses pemangkasan produksi minyak berjalan bertahap. Analis Goldman Sachs mengatakan, kenaikan permintaan pada 2018 sebagian besar akan diimbangi oleh pertumbuhan pasokan AS dan Kanada.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.