Sukses

Harga Minyak Naik 2 Persen Imbas Kenaikan Permintaan China

Ada kenaikan permintaan dari China dan ancaman mogok serikat pekerja di negara pengekspor minyak terbesar di Afrika bayangi harga minyak.

Liputan6.com, New York - Harga minyak dunia menguat hampir dua persen menjelang akhir pekan. Penguatan harga minyak didorong kenaikan permintaan minyak China dan ancaman mogok di eksportir minyak terbesar di Afrika.

Harga minyak Amerika Serikat atau West Texas Intermediate (WTI) naik 67 sen atau 1,2 persen menjadi US$ 57,36 per barel. Harga minyak Brent mendaki US$ 1,2 atau 1,9 persen menjadi US$ 63,40 per barel. Aklan tetapi, selama sepekan harga minyak cenderung melemah.

Harga minyak AS turun 1,7 persen. Harga minyak Brent tergelincir 0,5 persen. Harga minyak tertekan itu di tengah kenaikan produksi AS dapat meruntuhkan pemangkasan pasokan OPEC yang dapat dukung harga minyak.

Adapun sentimen pengaruhi harga minyak jelang akhir pekan ini didorong impor minyak mentah naik menjadi 9,01 juta barel per hari. Permintaan melonjak akan dorong China sebagai pengimpor minyak mentah terbesar di dunia pada 2017.

"Kami memiliki angka bagus dari China. Banyak tambahan impor bukan dari Arab Saudi, Iran Rusia dan Amerika Serikat," kata Analis Tyche Capital Advisors John Macaluso seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (9/12/2017).

Bank investasi AS Jefferies meramalkan, pertumbuhan permintaan minyak dunia akan mencapai 1,5 juta barel per hari pada 2018. Pertumbuhan itu didorong dari 10 persen pertumbuhan permintaan di China.

"Secara umum, pasar terlihat lebih sehat ketimbang sakit," kata Tamas Varga, Analis PVM Oil Associates.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Varga menuturkan, ancaman mogok dari sebuah serikat buruh di Nigeria, yang merupakan eksportir minyak terbesar di Afrika juga mendukung kenaikan harga minyak.

Kenaikan harga minyak juga didorong perpanjangan pemotongan produksi hingga akhir 2018 oleh organisasi negara pengekspor minyak (OPEC), Rusia dan produsen minyak lainnya. Penurunan produksi mendorong harga minyak Brent naik 40 persen.

Namun, data pekan ini menunjukkan produksi minyak mentah AS naik 25 ribu barel per hari menjadi 9,7 juta barel per hari pada minggu pertama Desember. Ini produksi minyak tertinggi sejak 1970-an dan mendekati produksi minyak Rusia dan Arab Saudi.

Selain itu, perusahaan energi AS juga menambahkan rig minyak untuk pekan ketiga selama tiga hari berturut-turut. Berdasarkan data General Electric Co Baker Hughes, rig minyak bertambah menjadi 751.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.