Sukses

IHSG Menguat 22 Poin Terdorong Bursa Global

10 sektor saham kompak menghijau mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ke zona hijau pada Kamis pekan ini.

Liputan6.com, Jakarta - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat pada perdagangan saham Kamis pekan ini. Penguatan IHSG ikuti bursa saham global.

Pada pra-pembukaan perdagangan saham, IHSG naik 22,23 poin atau 0,37 persen ke posisi 6.054,60. Penguatan IHSG jadi terbatas pada pembukaan pukul 09.00 WIB. IHSG naik 10,70 poin ke posisi 6.065,30. Indeks saham LQ45 bertambah 0,39 persen ke posisi 1.025,21. Seluruh indeks saham acuan kompak menghijau.

Ada sebanyak 124 saham menguat sehingga mengangkat IHSG ke zona hijau. Sedangkan 52 saham melemah. 80 saham diam di tempat. Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat di level tertinggi 6.074,89 dan terendah 6.061,08.

Total frekuensi perdagangan saham sekitar 23.638 kali dengan volume perdagangan 691,5 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 395,8 miliar. Investor asing melakukan aksi beli Rp 21,39 miliar di seluruh pasar. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 13.560.

Secara sektoral, 10 sektor saham kompak menghijau. Sektor saham industri dasar naik 1,01 persen dan catatkan penguatan terbesar. Disusul sektor saham aneka industri mendaki 0,73 persen dan sektor saham manufaktur menguat 0,63 persen.

Saham-saham yang catatkan top gainers antara lain saham DWGL naik 24,41 persen ke posisi Rp 316, saham INTP melonjak 3,18 persen ke posisi Rp 20.250, dan saham LEAD mendaki 2,78 persen ke posisi Rp 74.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham MEDC turun 2,82 persen ke posisi Rp 860, saham CPIN tergelincir 1,78 persen ke posisi Rp 3.320 per saham, dan saham SRIL merosot 1,61 persen ke posisi Rp 366 per saham.

Bursa saham Asia sebagian besar bervariasi. Indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 0,10 persen, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,81 persen, dan indeks saham Taiwan menanjak 0,64 persen. Indeks saham Jepang Nikkei tergelincir 0,15 persen, indeks saham Shanghai menguat 0,13 persen dan indeks saham Singapura susut 0,59 persen.

Analis PT Reliance Securities, Lanjar Nafi mengatakan, IHSG Berpeluang menguat dengan kisaran 6.034-6.080. "Pergerakan IHSG mematahkan moving average lima harian dan 20 harian dengan indikasikan penguatan. IHSG berpeluang menguat terbatas dengan indikator indeks yang tertahan dan uji level atas," jelas Lanjar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

The Fed Dongkrak Suku Bunga

Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) menaikkan suku bunga 0,25 persen. Hal ini sudah diperkirakan oleh banyak pihak.

Akan tetapi, kebijakan the Fed tetap menaikkan suku bunga kembali pada 2018. Ekonomi pun diproyeksikan tumbuh lebih cepat.

Kebijakan the Fed tersebut merupakan masuk dari kebijakan akhir tahun 2017. Ini juga didorong dari data ekonomi relatif baik. Ini merupakan realisasi bagi bank sentral yang berjanji untuk melanjutkan pengetatan kebijakan moneter secara bertahap.

Setelah menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2017, the Fed diproyeksi akan naikkan suku bunga sebanyak tiga kali masing-masing pada 2018 dan 2019. Sebelum angka 2,8 persen tercapai dalam jangka panjang. Kebijakan itu tidak berubah sejak September. "Aktivitas ekonomi meningkat dengan tingkat yang solid. Kenaikan data lapangan kerja yang solid,"ujar the Fed's policy committee dalam sebuah pernyataan.

Adapun tingka suku bunga the Fed naik 1,25 persen menjadi 1,5 persen pada pertemuan kebijakan the Fed pada Desember 2017. Sentimen itu pun berdampak positif ke bursa saham AS atau wall street. Namun imbal hasil surat berharga AS jadi tertekan.

Pejabat the Fed juga mengakui kalau ekonomi telah meningkat pada 2017. Ini ditunjukkan dari kenaikan perkiraan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat pengangguran di masa mendatang.

Produk Domestik Bruto (PDB) diperkirakan tumbuh 2,5 persen pada 2018. Angka ini naik dari perkiraan 2,1 persen pada September. Sementara itu, tingkat pengangguran turun menjadi 3,9 persen pada 2018 dibanding proyeksi terakhir 4,1 persen.

Namun inflasi tetap 2 persen, seperti target the Fed. Namun ada potensi inflasi kembali melemah sehingga menimbulkan kekhawatiran the Fed tidak melihat alasan untuk percepat kenaikan suku bunga yang diharapkan.

Ini berarti, reformasi pajak oleh Presiden AS Donald Trump jika disahkan Kongres akan berlaku tanpa bank sentral merespons dengan bentuk tingkat suku bunga dan kekhawatiran lonjakan inflasi yang tinggi.

"Ini menunjukkan setidaknya beberapa anggota the Fed tidak melihat alasan untuk mempertahankan suku bunga dengan ekonomi tumbuh lebih kuat," ujar Kate Warne, Investment Strategist Edward Jones seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis 14 Desember 2017.

Adapun pejabat the Fed melihat tingkat suku bunga naik menjadi 3,1 persen pada 2020. Angka ini di atas target yang diharapkan the Fed 2,8 persen. Ini mengindikasikan kemungkinan kekhawatiran tentang kenaikan tekanan inflasi dari waktu ke waktu.

The Fed juga menyatakan tetap konsisten untuk mengurangi neraca. Pihaknya tidak investasikan kembali surat berharga dan aset berupa sekuritisasi masing-masing US$ 12 miliar dan US$ 8 miliar per bulan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • The Fed adalah salah satu bank sentral di AS yang tertua dan berdiri sejak tahun 1913 melalui kongres.

    The Fed

  • IHSG