Sukses

Mau Evaluasi Keuangan 2017? Begini Caranya

Liputan6.com, Jakarta - Tahun 2017 segera berakhir. Dalam aspek keuangan, berakhirnya tahun adalah saat tutup buku, menutup dan menyelesaikan laporan keuangan pribadi, keluarga dan usaha. Selanjutnya, apa yang harus dilakukan setelah tutup buku? Tentu saja evaluasi keuangan.

Soalnya salah satu tujuan pembuatan laporan keuangan adalah untuk melakukan evaluasi. Mengutip pendiri Financial Wisdom Eko P. Pratomo, evaluasi keuangan sangat diperlukan setidaknya untuk dua alasan. 

Pertama,  setiap orang, keluarga dan usaha pasti memiliki tujuan-tujuan yang memiliki implikasi finansial, serta target finansial yang harus dicapai. Akhir tahun adalah saat tepat untuk melihat apakah dalam perjalanan menuju pencapaian target finansial, kita berada pada jalur yang benar atau tidak. 

Bagaimana posisi kas, nilai investasi, keberadaan alat-alat produksi, posisi utang dan juga nilai kekayaan bersih keluarga atau nilai saham dan akumulasi keuntungan usaha yang diharapkan. Apakah  sesuai dengan yang ditargetkan hingga akhir tahun lalu?

Semua pertanyaan itu dapat dijawab dengan melihat “potret” kondisi keuangan dalam Laporan Neraca Keuangan. Kedua, evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pola konsumsi pribadi dan atau keluarga selama satu tahun penuh, sesuai dengan rencana yang ditetapkan sebelumnya.

Sementara untuk kegiatan usaha, apakah target penjualan, penggunaan sumber daya, serta keuntungan yang diperoleh memenuhi dan sesuai budget yang direncanakan. Pertanyaan di atas akan terjawab ketika melakukan analisa dari laporan arus kas keluarga atau laporan laba/rugi usaha. 

Dengan evaluasi melalui analisa terhadap laporan keuangan, maka akan lebih mudah melakukan langkah-langkah perbaikan dalam menyusun target dan rencana kerja untuk tahun 2018.  Ikuti paparan Danaxtra berikut ini:

Fokus Umum Evaluasi Keuangan: Aset Finansial

Secara praktis, konsentrasi terbesar ketika seseorang melakukan evaluasi keuangan adalah untuk mengetahui nilai kekayaan bersih serta rasio pengeluaran terhadap penghasilan. Padahal, evaluasi atas aset finansial memegang peranan sangat penting dalam hal kesuksesan perencanaan keuangan keluarga.

Menurut financial planner, Prita Ghozie, alokasi aset finansial adalah suatu kondisi yang menggambarkan presentase penyebaran jenis asset finansial keluarga. Aset finansial dapat terbagi menjadi:

(1) aset kas, seperti tabungan, deposito, reksandana pasar uang

(2) aset defensive, seperti obligasi, sukuk, serta reksadana dan pendapatan tetap

(3) aset moderat seperti property, logam mulai, serta reksadana campuran

(4) aset agresif seperti saham, dan reksadana saham.

Risiko investasi yang terkandung dari nomor 1 hingga 4 menjadi semakin besar. Karena itu sangat wajar juga jika pemiliknya juga mengharapkan imbal hasil yang semakin besar.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Checklist Penting dalam Evaluasi Keuangan

Lalu apa saja unsur keuangan yang perlu dievaluasi? Prita menyebut setidaknya ada 5 hal yang sebaiknya dievaluasi pada akhir tahun, agar perencanaan keuangan Anda berada pada jalur yang benar dan kondisi keuangan senantiasi sehat.

1.  Evaluasi Penambahan Aset Keuangan

Apa yang sudah Anda miliki sejak awal 2017 hingga akhir tahun ini? Apakah Anda berhasil meningkatkan saldo aset investasi atau malah meningkatkan saldo utang kartu kredit?

Evaluasi penambahan aset keuangan ini bisa dilakukan dengan cara membuat daftar semua asset investasi dan asset konsumsi yang Anda miliki. Seperti tabungan, rumah, perhiasan, dan lainnya. Berikutnya, buat juga daftar saldo pinjaman yang belum lunas. Selisih antara jumlah asset dengan jumlah pinjaman merupakan kekayaan bersih Anda.

2. Evaluasi Tujuan Keuangan yang sudah dicapai

Coba Anda buka kembali tujuan keuangan yang telah disusun pada awal 2017 kemarin. Misalnya, apakah Anda sekeluarga memiliki tujuan untuk membeli rumah kedua? Atau ingin menambah saldo tabungan sejumlah tertentu? Silakan evaluasi seluruh tujuan keuangan tersebut, mana yang sudah tercapai.

Jika ada tujuan keuangan yang belum tercapai, kira-kira apa penyebabnya? Apakah tidak ada sumber dana untuk memenuhi tujuan? Atau ada hal kejadian lain yang mengganggu tercapainya tujuan tersebut.

3 dari 4 halaman

3. Evaluasi Saldo Dana Cadangan

Dana cadangan yang ideal jumlahnya setara 3 X pengeluaran rutin bulanan. Jadi misalnya pengeluaran rutin keluarga Anda setiap bulan sekitar Rp 4 juta, maka dana cadangan minimal yang perlu dimiliki adalah Rp 12 juta. Dana cadangan tersebut harus ditempatkan pada rekening terpisah dari rekening untuk kebutuhan operasional.

4. Evaluasi proses menabung dan investasi keuangan setiap bulan

Setiap orang sebaiknya menyisihkan sebagian dari penghasilan yang diperolehnya untuk menabung dan investasi. Harapannya, uang hasil tabungan dan investasi tersebut kelak bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup saat pensiun atau ketika sudah tidak memiliki penghasilan aktif.

Menurut Prita, rasio menabuang dan investasi yang sehat adalah minimal 10 persen dari penghasilan bulanan. Jadi jika sat ini gaji Anda Rp8 juta, disarankan  setiap bulan menabung dan berinvestasi minimal Rp 800 ribu.

Selain melakukan evaluasi terhadap proses dan kedisiplinan dan menabung dan berinvestasi, Anda sebaiknya juga melakukan evaluasi terhadap kinerja dari hasil menabung dan investasi Anda selama ini. Jika Anda memiliki portofolio aset investasi yang tersebar dalam beberapa jenis dan kelas aset, maka secara umum tingkat kenaikan aset akan bervariasi.

Pengalihan aset investasi hanya perlu dilakukan jika komposisi antara aset defensive dengan aset agresif sudah di luar batasan profil risiko investasi yang diharapkan.

4 dari 4 halaman

5. Evaluasi Rasio Utang

Tidak jarang, dalam upaya meraih beberapa tujuan keuangan, orang melakukannnya dengan strategi utang. Hey bukankah ini umum, orang mengambil KPR untuk membeli rumah tinggal atau kendaraan? Berutang bukan barang terlarang. Yang penting sesuaikan dengan kemampuan keuangan agar keuangan Anda tetap sehat.

Rasio utang yang sehat adalah bagi penghasilan bulanan Anda dengan angka 3. Jadi misalnya gaji Anda sebulan Rp8 juta, lalu gaji pasangan Rp 7 juta, maka maksimum cicilan utang yang sebaiknya Anda ambil adalah Rp 5 juta. (baca juga: cara mengatasi utang yang mulai berbahaya).

Jika saat ini jumlah cicilan utang lebih dari 1/3 penghasilan bulanan, berarti Anda perlu melunasi sebagian utang agar cicilannya turun ke batas sehat. Dan hey, mengapa tidak Anda alokasikan bonus akhir tahun untuk keperluan ini? Hidup Anda akan lebih tenang, ketimbang Anda mempergunakannya untuk bersenang-senang sesaat.

Dari cek list dan analisa  di atas, Anda bisa menilai seberapa efektif dan konsisten perencanaan keuangan keluarga yang sudah ditetapkan pada awal tahun.  Lanjutkan pola keuangan yang sudah memberikan hasil baik, perbaiki kekurangannya. Dan jangan lupa periksa kondisi keuangan akhir tahun Anda untuk mempersiapkan rencana keuangan yang baik untuk tahun depan. Selamat mengevaluasi diri.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.