Sukses

Bank Sentral Rusia Akan Bailout Promsvyazbank

Ini merupakan ketiga kalinya Bank Sentral Rusia memutus bailout di industri perbankan negara tersebut dalam tiga bulan terakhir.

Liputan6.com, Jakarta - Bank Sentral Rusia (CBR) menerbitkan keputusan untuk memberi suntikan dana (bailout) dan pengawasan lebih pada Promsvyazbank. Ini merupakan ketiga kalinya Bank Sentral Rusia memutus bailout di industri perbankan negara tersebut dalam tiga bulan terakhir.

Dana suntikan yang diberikan akan gunakan untuk menyokong likuiditas Promsvyazbank. Bank ini juga akan dimasukkan di bawah perbaikan administrasi.

Bank Sentral Rusia juga mengatakan tidak akan mengadakan moratorium klaim kreditur Promsvyazbank. Bank tersebut juga tetap beroperasi secara normal.

"Sebagai bagian dari langkah-langkah demi meningkatkan stabilitas keuangan Promsvyazbank dan memastikan terus bekerja di industri perbankan, Bank of Russia yang bertindak sebagai investor akan menggunakan dana dari Dana Konsolidasi Sektor Perbankan," ungkap regulator Bank Sentral Rusia seperti dilansir dari Fortune, Jumat (15/12/2017).

Kepala Asosiasi Perbankan Rusia Antanoly Aksakov mengatakan, dana talangan Promsvyazbank tidak akan mempengaruhi sektor perbankan yang lebih luas, dan merupakan tindakan terakhir yang akan dilakukan bank sentral di tahun ini.

Sementara itu, sumber yang dekat dengan Promsvyazbank mengatakan kesepakatan sukses dicapai pada Kamis malam kemarin 14 Desember 2017 di sebuah pertemuan yang dihadiri pemilik dan ketua Promsvyazbank, Dmitry Ananyev, dan gubernur bank sentral Elvira Nabiullina.

Sebelum kena bailout, Promsvyazbank adalah bank terbesar ke-10 Rusia berdasarkan aset, menurut data Interfax. 50 persen dari aset Promsvyazbank dikontrol oleh Dmitry Ananyev dan saudaranya, Alexei.

Sebelumnya, penyelamatan perbankan Rusia juga pernah dilakukan oleh Bank Otkritie, bank swasta terbesar di Rusia yang didirikan Vadim Belyaev. Kebijakan ini disebut yang penyelamatan paling besar dalam sejarah perbankan Rusia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

3 Bank Sentral Sepakat Kurangi Dolar AS

Bank Indonesia (BI), Bank Negara Malaysia (BNM), dan Bank of Thailand (BOT) meluncurkan local currency settlement framework pada 11 Desember 2017 di Jakarta.

Peluncuran framework tersebut merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota Kesepahaman bilateral antara BI dengan Bank Negara Malaysia dan Bank of Thailand untuk pembentukan kerangka kerja sama guna mendorong penyelesaian perdagangan bilateral dan investasi langsung dalam mata uang lokal (local currency settlement -LCS) pada 23 December 2016.

Gubernur BI Agus Martowardojo menjelaskan, inisiatif ini merupakan upaya berkelanjutan untuk mendorong penggunaan mata uang rupiah, ringgit dan baht secara lebih luas dalam transaksi perdagangan dan investasi antara ketiga negara.

"Tentu dengan adanya local currency satlment framework ini diharapkan diversifikasi mata uang yang digunakan untuk ekspor impor bisa lebih beragam dan apabila diversifikasi perdagangan lebih bragam akan menimbulkan stabilitas lebih baik bagi sistem keuangan Indonesia," kata Agus di Gedung BI, Senin ini.

Saat ini kegiatan ekspor dunia usaha di Indonesia 94 persen masih menggunakan mata uang dolar Amerika Serikat (AS), sedangkan untuk transaksi impor masih ada 78 persen yang menggunakan dolar AS.

Jika dilihat dari nilai perdagangan Indoensia dengan dua negara, dengan Malaysia, dari 2010-2016 setidaknya sudah mencapai US$ 19,5 miliar dan dengan Thailand mencapai US$ 15 miliar.

Dijelaskan Agus, dalam rangka memfasilitasi operasionalisasi framework LCS tersebut, Bank Indonesia, Bank Negara Malaysia, dan Bank of Thailand telah menunjuk beberapa bank yang memenuhi kriteria kualifikasi utama untuk memfasilitasi transaksi bilateral.

"Bank-bank yang ditunjuk tersebut antara lain memenuhi kriteria sebagai bank yang berdaya tahan dan sehat di setiap negara, memiliki pengalaman dalam memfasilitasi perdagangan antar kedua negara, memiliki hubungan bisnis dengan bank di kedua negara, dan memiliki basis konsumen dan kantor cabang yang luas di negara asal," tambah Agus.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.