Sukses

Harga Minyak Susut Sambut Libur Panjang

Harga minyak meski melemah jelang libur Natal namun masih berada di posisi tinggi sejak 2015.

Liputan6.com, New York - Harga minyak tertekan menjelang akhir pekan dengan volume perdagangan tipis. Akan tetapi, level harga minyak dunia masih berada di posisi tinggi sejak 2015.

Hal itu mengingat pimpinan negara pengekspor minyak tergabung dalam OPEC dan non OPEC memangkas produksi minyak secara bertahap.

Harga minyak Brent turun tiga sen ke posisi US$ 64,87 per barel. Pada perdagangan Kamis, harga minyak berada di posisi US$ 64,90 dan tertinggi sejak Juni 2015.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 22 persen menjadi US$ 58,14 per barel. Transaksi perdagangan cenderung tipis seiring pelaku pasar ambil posisi menjelang libur Natal dan Tahun Baru.

"Saya rasa pasar mencari keseimbangan tetapi ada potensi menguat untuk harga minyak Brent sehingga melanjutkan penguatan," ujar Scott Shelton, Broker ICAP, seperti dikutip dari laman Reuters, Sabtu (23/12/2017).

"Pelaku pasar menunggu harga turun yang diperkirakan terjadi pada hari pertama perdagangan Januari 2018 jika harga minyak WTI di kisaran US$ 60 dan Brent US$ 66 apakah beli atau tidak," tambah dia.

Adapun harga minyak telah kembali pulih sepanjang tahun ini seiring pemangkasan produksi minyak oleh OPEC, Rusia dan produsen minyak lainnya. Ini membantu mengurangi pasokan global.

Menteri Energi Rusia Alexander Novak menuturkan, pihaknya akan keluar dari kesepakatan itu secara pelan-pelan. Kemungkinan pihaknya tak ingin menimbulkan pasokan baru lebih cepat.

"Ada konsensus di antara kementerian energi kalau kami harus menghindari kelebihan pasokan selama kesepakatan," ujar dia.

Sementara itu, Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan, diskusi masih terlalu dini terkait pemangkasan produksi untuk stabilkan pasar tidak akan berlanjut hingga semester II 2018.

Sejumlah negara pengekspor minyak tergabung dalam OPEC menahan persediaan mulai Januari 2017. OPEC dan negara produsen minyak lainnya non OPEC sepakat memperpanjang pemangkasan produksi hingga semester II 2018 yang sebelumnya hingga Maret.

Sentimen itu mendorong harga minyak Brent naik 45 persen sejak Juni 2017. Selain itu juga kurangi persediaan minyak.

"Perpanjangan pemangkasan produksi minyak hingga 2018 merupakan hal diperlukan. Harga minyak WTI pun diperkirakan naik menjadi US$ 59 dari US$ 54 dan Brent menjadi US$ 63 dari posisi US$ 57," tulis laporan Jefferies.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Produksi Minyak AS Jadi Tantangan Harga Minyak

Novak menuturkan, harga minyak kemungkinan turun pada kuartal II 2018 seiring permintaan melemah. Ia perkirakan harga minyak di kisaran US$ 50-US$ 60 pada 2018.

Analis menuturkan, produksi minyak mentah AS dekati 10 juta barel per hari akan jadi hambatan dalam jangka panjang.

"Pasokan diperkirakan meningkat yang selanjutnya dapatkan turunkan tekanan harga minyak," tulis konsultan Rystad Energy.

Novak menuturkan, pertumbuhan produksi minyak AS sebesar 0,6 juta barel per hari pada 2018. Akan tetapi, kenaikan permintaan AS seharusnya mengimbangi kenaikan produksi minyak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.