Sukses

Libur Natal dan Tahun Baru, Kiriman Paket Belanja Online Telat?

Pengiriman paket belanja online diperkirakan terlambat karena libur Natal dan Tahun Baru serta pembatasan operasi truk barang

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah membatasi operasi angkutan logistik atau truk barang pada masa operasi angkutan Natal 2017 dan Tahun Baru 2018. Apakah pembatasan yang berlaku pada 22-23 Desember dan berlanjut pada 29-30 Desember 2017 mengganggu pengiriman paket belanja online?

"Sejauh ini pengiriman online (paket belanja online) masih berjalan normal oleh kami," kata Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), Zaldy Ilham Masita melalui pesan singkatnya kepada Liputan6.com, Jakarta, Selasa (26/12/2017).

Dia mengaku, kalaupun ada keterlambatan pengiriman lebih karena hari libur dan cuti bersama Natal dan Tahun Baru, bukan pembatasan angkutan barang atau logistik. Biasanya oleh perusahaan atau agen jasa titipan.

"Keterlambatan karena hari libur dan cuti bersama saja (dari perusahaan atau agen jasa titipan). Terlambat karena tanggal libur sesuai dengan aturan pengiriman," Zaldy menjelaskan.

Lagipula, Zaldy mengatakan, volume pengiriman paket dari belanja online tidak mengalami kenaikan signifikan di libur Natal dan Tahun Baru ini. Tidak seperti saat penyelenggaraan Hari Belanja Online (Harbolnas) baru-baru ini.

"Volume belanja online juga tidak naik tinggi, seperti Harbolnas. Kalau Harbolnas biasanya naik sampai dua kali dari volume hari biasa yang 20 persen. Untuk Natal dan Tahun Baru ini tidak sebesar itu," terangnya.

Sementara itu dihubungi terpisah, Presiden Direktur PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), Muhammad Feriadi menegaskan bahwa operasional perusahaan dalam pengiriman barang, termasuk paket belanja online tetap berjalan normal meski hari libur Natal dan Tahun Baru.

"Keterlambatan seharusnya tidak ya, operasional kami tetap berjalan kalau di kantor pusat. Tapi beberapa agen memang di hari libur dan tanggal merah memang tutup, seperti hari ini. Jadi mereka tidak akan terima jasa pengiriman barang," tegasnya.

Solusinya, Feri mengaku, konsumen akan mengirimkan barangnya ke perusahaan logistik lain atau mendatangi kantor pusat maupun kantor perwakilan JNE. "Kami edukasi ke konsumen, kalau ada pengiriman barang hari ini, langsung saja ke kantor pusat atau perwakilan kami," ucapnya.

Senada dengan Zaldy, Fery pun mengaku bahwa volume pengiriman paket belanja online di libur Natal dan Tahun Baru tidak naik tinggi. Alasannya, banyak orang sudah berlibur ke luar kota sehingga transaksi belanja online pun tidak terlalu melonjak.

"Orang sudah banyak yang keluar kota, transaksi belanja online tidak terlalu tinggi. Beda dengan Harbolnas itu volumenya tinggi sekali sampai puluhan persen dari hari biasa," papar Fery.

Tonton Video Pilihan Ini

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Ramayana Buka Gerai Baru di Tengah Lesunya Bisnis Ritel

Meski bisnis ritel tengah lesu, namun tidak menghentikan langkah pelaku usaha di bisnis ini untuk terus melakukan ekspansi. Salah satunya yang dilakukan oleh PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk.

Perusahaan dengan kode emiten RALS ini membuka gerai baru di Cityplaza, Jatinegara, Jakarta Timur yang menempati area seluas 8.353 meter persegi.‎ Gerai ini merupakan gerai keempat yang baru dibuka di tahun ini dan merupakan cabang ke-114.

Sekretaris Perusahaan Ramayana, Setyadi Surya mengatakan, pembukaan gerai Ramayana ini sesuai dengan yang telah direncanakan di awal 2017. Meski pun kondisi ekonomi sedang lesu dan ada shiftingpola belanja masyarakat, namun pihaknya harus tetap berekspansi untuk menjaga kepercayaan investor dan pemegang saham.

"Kami harus melakukan terobosan-terobosan baru untuk bisa mendapatkan pertumbuhan sales di 2017," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (4/12/2017).

Dia menjelaskan, ada sejumlah tantangan yang dihadapi oleh industri ritel saat ini. Selain perubahan pola belanja masyarakat, kenaikan upah minimum provinsi (UMP) yang sebesar 8,71 persen dan kenaikan biaya sewa pusat belanja 5 persen membuat pelaku usaha ritel harus memutar otak agar tetap bisa bertahan.

"Program-program promosi akan terus dilakukan untuk dapat kembali menarik minat masyarakat berbelanja," kata dia.

Selain promosi, lanjut Setyadi, Ramayana juga menggandeng sejumlah pelaku e-commerce untuk memasarkan barangnya. Dengan langkah ini diharapkan mampu membantu meningkatkan penjualan dan membuat Ramayana bertahan untuk tidak menutup gerainya.

"Kita usahakan terus karena tutup toko bukan jalan keluar yang bagus. Akan ada banyak karyawan yang diberhentikan kalau kita sampai tutup toko," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.