Sukses

Akhir Perdagangan 2017, Wall Street Justru Tertekan

Sepanjang tahun ini, Indeks utama bursa saham AS mencatatkan kinerja yang baik.

Liputan6.com, Jakarta - Wall Street melemah pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta) yang merupakan perdagangan terakhir 2017. Saham-saham di sektor keuangan dan teknologi menjadi pemicu pelemahan bursa saham di Amerika Serikat (AS) tersebut.

Mengutip Reuters, Sabtu (30/12/2017), Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 118,29 poin atau 0,48 persen pada penutupan Jumat ke 24.719,22. Untuk S&P 500 kehilangan 13,93 poin atau 0,52 persen menjadi 2.673,61. Sedangkan Nasdaq Composite turun 46,77 poin atau 0,67 persen menjadi 6.903,39.

Sebenarnya tahun ini merupakan tahun terbaik di pasar modal sejak 2013. Namun tahun yang baik tersebut tak mampu menjadi perayaan besar pada penutupan perdagangan.

Indikator tahun terbaik, indeks utama Wall Street beberapa kali mencatatkan rekor tertinggi yang dihasilkan dari kombinasi pertumbuhan ekonomi yang kuat, kinerja perusahaan yang solid dan juga suku bunga rendah.

Selain itu, di tahun ini, indeks terus mencatatkan rekor karena dibayangi dengan harapan akan pemotongan pungutan pajak baik untuk korporasi atau perorangan sesuai dengan janji kampanye Presiden Donald Trump.

Sepanjang tahun ini, Indeks utama bursa saham AS mencatatkan kinerja yang baik. Indeks S&P 500 melonjak 19,5 persen, Dow Jones naik 25,2 persen dan Nasdaq terbang 28,2 persen. Ini kinerja yang terbaik sejak 2013.

Dari catatan tersebut, sektor teknologi menjadi jawaranya. Sektor tersebut naik 37 persen disimpin oleh kenaikan saham Micron Technology yang mencapai 87,6 persen.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Apa yang Akan Terjadi di 2018

Namun beban berasal dari sektor telekomunikasi dan juga pertambangan. Sektor layanan telekomunikasi turun 5,7 persen dan sektor energi melemah 3,7 persen.

"Namun pertanyaannya sekarang sebaiknya bukan ke belakang tetapi bagaimana di 2018?" jelas analis investasi dari CFRA Research di New York, Sam Stovall.

"Ada banyak optimisme yang dibangun ke dalam harga saham pada 2017 ini tetapi akhirnya justru membuat kita kecewa," tambah dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.