Sukses

Bursa Asia Menguat Tersengat Harga Minyak

Keyakinan terhadap kinerja keuangan perusahaan di Amerika Serikat membaik dan harga minyak naik jadi sentimen di bursa Asia.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia kembali menguat menjelang akhir pekan ini. Hal ini didorong keyakinan pelaku pasar terhadap kinerja keuangan perusahaan di Amerika Serikat (AS).

Selain itu, kenaikan harga minyak juga menjadi katalis positif untuk bursa Asia. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,2 persen. Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,1 persen. Penurunan indeks saham Jepang nikkei didorong harga saham teknologi dan otomotif yang tertekan. Saham Toyota susut 0,47 persen.

Saham Honda melemah 0,92 persen. Sementara itu, saham Uniqlo melonjak 5,8 persen usai perseroan mencatatkan keuntungan dengan laba operasional naik 28,6 persen. Bahkan penjualan global pertama kali menyumbangkan lebih besar ketimbang penjualan domestik.

Sementara itu, indeks saham Korea Selatan Kospi menguat 0,19 persen. Sektor teknologi menekan indeks saham. Saham Samsung Electronics turun 1,74 persen. Sedangkan sektor saham produsen baja menguat dengan saham Posco naik 3,41 persen dan Hyundai Steel menguat 2,02 persen.

Mengutip laman Reuters, Jumat (12/1/2018), indikator bursa saham global dengan indeks saham MSCI Global mencapai rekor tertinggi. Sepanjang 2017, indeks saham MSCI global naik 3,3 persen.

Di bursa saham AS, indeks saham acuan wall street mencapai rekor tertinggi yang didorong kenaikan pendapatan perusahaan yang masuk S&P 500. Diperkirakan pendapatan naik 11,8 persen.

Sektor energi memimpin kenaikan seiring harga minyak menguat ke level tertinggi dalam tiga tahun.

Di pasar uang, dolar AS tergelincir ke level terendah dalam enam minggu terhadap yen di kisaran 111,05. Euro kembali naik menjadi US$ 1,2. Sebelumnya euro mendekati level tertinggi dalam tiga bulan di kisaran US$ 1,2089.

Bank sentral Eropa akan melihat revisi untuk mengurangi fokus pada pembelian obligasi kemudian meningkatkan suku bunga. Hal ini mempertimbangkan zona Euro mencatat pertumbuhan terbaik dalam satu dekade.

"Saya akan membayangkan bank sentral Eropa sangat ingin mencoba untuk akhiri suku bunga negatif usai September. Jika itu tidak turun dengan baik di pasar, bank akan mencoba untuk memodifikasi," ujar Yoshinori Shigemi, Global Market Strategist JP Morgan Asset Management.

Di pasar komoditas, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 0,4 persen ke posisi US$ 63,55. Harga minyak Brent menguat ke level US$ 69,26 per barel usai sempat sentuh level US$ 70,05 per barel. Harga minyak Brent sudah naik lima persen sejak awal tahun.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wall Street Cetak Level Tertinggi

Sebelumnya, bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street mencetak level tertinggi baru didorong saham energi lantaran harga minyak yang menguat.

Katalis positif lainnya juga didorong dari prediksi kinerja Delta Air Lines sehingga mendorong kenaikan harga saham maskapai.Pada penutupan perdagangan saham Kamis (Jumat pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 205,6 poin atau 0,81 persen ke posisi 25.574,73. Indeks saham S&P 500 bertambah 19,33 poin atau 0,70 persen ke posisi 2.767,56. Indeks saham Nasdaq bertambah 58,21 poin atau 0,81 persen ke posisi 7.211,78.

Sektor saham energi S&P naik lebih dari dua persen seiring harga minyak naik di atas US$ 70 per barel untuk pertama kali sejak Desember 2014. Hal itu didorong dari produksi AS merosot dan pasokan rendah. Sedangkan indeks industri naik dibantu saham maskapai usai prediksi kenaikan kinerja Delta Air Lines.

"Fator dorong kenaikan hari ini dan selama sepekan yaitu kepercayaan tinggi terhadap laju aktiivtas ekonomi. Ini membantu menjelaskan gambaran permintaan minyak yang naik di atas US$ 70," ujar Scott Clemons, Chief Investment Strategies Brown Brothers Hariman, seperti dikutip dari laman Reuters, Jumat 12 Januari 2018.

Pada perdagangan kemarin, wall street melemah untuk pertama kali pada 2018. Ini didorong laporan China akan memperlambat pembelian obligasi dan Presiden AS Donald Trump akan akhiri perjanjian perdagangan.

Kini investor fokus pada laporan keuangan perusahaan secara kuartalan dari perusahaan besar AS. Selain itu juga berharap mengenai dampak dari reformasi pajak terhadap perusahaan. Adapun perusahaan yang akan melaporkan kinerjanya antara lain JP Morgan Chase and Co dan Wells Fargo and Co.

Laba perusahaan masuk S&P 500 diharapkan naik 11,8 persen dengan kenaikan terbesar dari sektor energi. "Pasar pada pekan ini seperti mengambil nafas panjang sebelum hadapi laporan kinerja perusahaan. Pelaku pasar wait and see dengan optimisme terhadap laporan keuangan yang sehat," ujar Clemons.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.