Sukses

Mendag Beri Garansi Impor Tak Rugikan Petani

Hingga saat ini, beras operasi pasar yang telah disalurkan Perum Bulog mencapai 90 ribu ton. Impor beras menjadi langkah berikutnya.

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah akan terus melakukan operasi pasar untuk menekan harga beras di pasaran. Hingga saat ini, beras operasi pasar yang telah disalurkan Perum Bulog mencapai 90 ribu ton.

"Pertama operasi pasar itu lebih diintensifkan perintah rapat koordinasi Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian. Per tanggal 12 yang disalurkan 84 ribu ton, barangkali per hari ini lebih 90 ribu ton disalurkan," ungkap Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukika di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta, Senin (15/1/2018).

Dia mengatakan, untuk operasi pasar tersebut Bulog mengandalkan dua sumber pasokan. Pasokan itu berasal dari serapan gabah atau beras petani. Kedua, berasal dari beras impor.

Dengan kondisi tersebut, Enggartiasto meminta supaya petani tenang. Pasalnya, Bulog tetap akan menyerap gabah atau beras petani.

"Operasi pasar dengan stok Bulog keluar. Untuk mengisi stok dua sumber yaitu pertama yang prioritas membeli beras dan gabah. Terus akan tetap dijalankan oleh Bulog berdasarkan penugasan pemerintah sehingga demikian tidak usah khawatir, jangan dipertentangkan, bagaimana kalau impor harga turun, tidak. Karena of taker siap, Bulog akan menyerap gabah dan beras yang dihasilkan," jelas dia.

Lebih lanjut, berdasarkan rapat koordinasi Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, impor beras batal dilakukan oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) melainkan oleh Bulog.

"Yang semula dilakukan PPI berdasarkan Permendag sekarang rakor menugaskan Bulog. Dengan demikian terjadi pergantian, tidak lagi PPI impor, tapi lebih beras umum itu sudah dan beras bisa dilakukan beras putih kepecahan 0-5 persen, 5-25 persen lebih fleksibel, lebih cepat. Itu langsung penugasan diberikan kepada Bulog," tukas dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Tak Jadi PT PPI, Impor Beras Khusus Dilakukan oleh Bulog

Rapat koordinasi terkait pengendalian harga beras menghasilkan sejumlah keputusaan. Rapat yang digelar di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dihadiri oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Kepala BPS Suhariyanto, dan Direktur Utama Perum Bulog Djarot Kusumayakti.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menuturkan, dalam rapat tersebut meminta Perum Bulog untuk intensif dalam operasi pasar. Cadangan beras Bulog sendiri saat ini hanya 875 ribu ton.

"Pemerintah menugaskan untuk yang pertama mengintensifkan operasi pasar maupun pelaksanaan rastra berdasarkan stok yang masih ada dan mandat yang ada kepada Bulog. Sebagai informasi stok yang masih ada di Bulog 875 ribu ton," kata dia di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Jakarta, Senin (15/1/2018).

Kemudian, pemerintah menugaskan Perum Bulog untuk impor beras sampai dengan 500 ribu ton. Keputusan ini berbeda dengan sebelumnya di mana impor beras bakal dilakukan oleh PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI).

"Kedua pemerintah menugaskan Bulog untuk melakukan impor beras sampai dengan 500 ribu ton. Impor itu dilaksanakan Bulog sesuai mandat Perpres Nomor 48 Rahun 2016 yang mengatakan bahwa pemerintah memberi penugasan kepada Bulog untuk melakukan impor dalam rangka stabilisasi harga beras, dalam rangka meningkatkan cadangan beras pemerintah, dan menjaga ketersediaan beras di masyarakat," sambungnya.

Impor beras akan dilakukan segera hingga harga beras turun. Lanjutnya, impor beras akan dilakukan secara bertahap.

"Impornya harus segera dilaksanakan mulai hari ini Bulog akan bergerak sehingga impor bisa datang sesegera mungkin. Kita hanya akan memungkinkan membuka mandat kepada Bulog untuk melakukan impor itu, sebagai catatan 500 ribu ton bisa 20 kapal. Tidak mungkin sekaligus datang itu bertahap sampai akhir paling lambat pertengahan Februari. Tapi kalau harga belum bergerak turun kita teruskan sampai akhir Februari," jelasnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.