Sukses

Krisis Ekonomi, Intip 4 Cara Miris Warga Venezuela Bertahan Hidup

Liputan6.com, Caracas - Venezuela tengah menghadapi krisis ekonomi yang cukup parah. Inflasi yang mencapai 2.600 persen berakibat pada mata uang Venezuela Bolivar tidak lagi bernilai di masyarakat.

Negara yang sebelumnya berkelimpahan ini akhirnya harus masuk ke jurang kekacauan. Perekonomian negara Amerika Latin tersebut berada di ambang kehancuran.

Alhasil, warga Venezuela harus melakukan berbagai upaya untuk bisa bertahan hidup. Harga kebutuhan pokok yang melambung membuat tak sedikit warga Venezuela menempuh cara terbilang miris untuk bisa mengisi perut dan menjauhkan diri dari kelaparan.

Berikut cara miris warga Venezula untuk bertahan hidup dilansir dari berbagai sumber:

1. Cetak mata uang sendiri

Kondisi inflasi yang semakin parah di Venezuela membuat bank sentral di negara itu kewalahan untuk selalu mencetak uang tunai. Demi mengatasi masalah tersebut, sebagian warga Venezuela akhirnya memutuskan untuk mencetak mata uang sendiri. Komunitas yang dikenal dengan nama El Panal 2021 sudah mulai mencetak uang dengan nominal 5.000 bolivar atau setara US$ 5. Uang hasil cetakannya dinamakan panal dan bisa didapat di tempat penukaran mata uang pasar gelap.

"Ini rumit untuk membeli produk karena kita tidak memiliki uang tunai di komunitas kita, jadi kami memutuskan untuk meningkatkan ekonomi dengan mencetak uang sendiri," tutur pemimpin komunitas El Panal 2021 Jose Lugo seperti dilansir dari Reuters, Rabu (17/1/2018).

Mata uang yang baru dicetak itu bisa digunakan untuk membeli nasi dan berbagai sayuran dan buah-buahan oleh anggota komunitas. El Panal 2021 juga berharap nantinya uang tersebut bisa digunakan untuk membeli produk yang lebih beragam.

Simak video pilihan di bawah ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

2. Memulung barang berharga di sungai

Hal berbeda dilakukan sejumlah pemuda asal Caracas, Venezuela. Mereka terpaksa memulung barang-barang berharga di Sungai Guare. Barang-barang yang dicari antara lain perhiasan, potongan logam mulia hingga berbagai barang berharga lainnya.

Hal ini terpaksa dilakukan sebagai upaya untuk bisa bertahan hidup di tengah krisis ekonomi yang makin memburuk.

"Bekerja di Guare tidaklah mudah. Kalau sedang mudah maka semuanya akan cepat selesai. Tapi kalau sedang sulit ya sulit," ungkap salah seorang pemuda bernama Angel Villanueva dilansir Las Vegas Sun.

Potret tentang anak muda Venezuela yang mencari harta dari sampah dan makan dari makanan bekas menjadi simbol krisis ekonomi yang semakin parah. Padahal sebelum jatuh dalam lubang krisis, Venezuela merupakan salah satu negara paling kaya di Benua amerika.

Namun, buruknya pengelolaan sumber daya alam dan anjloknya harga minyak mentah dunia membuat Venezuela terperosok ke jurang krisis ekonomi. Akibatnya pun semakin banyak warga Venezuela yang patah arang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Pemandangan sehari-hari di Sungai Guare pun bisa ditebak. Setiap pagi dan siang hari selalu terlihat para pemuda mengais barang berharga. Jika barang yang dicari berhasil didapat mereka akan menukarnya dengan kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan bahan pokok lainnya.

Namun, pencarian tersebut lebih sering tidak membuahkan hasil. Yang mereka peroleh hanya berkubang dalam sungai yang kotor nan keruh.

 

3 dari 4 halaman

Meminta gaji makanan

Inflasi yang super tinggi berakibat pada nilai mata uang Venezuela kini tidak berharga lagi. Akhirnya, banyak warga Venezuela yang kini lebih memilih mendapatkan gaji dalam bentuk makanan selepas bekerja.

Leonard Altamar salah satunya. Tukang ledeng berusia 41 tahun kini hanya mau bekerja apabila klien memesan jasanya bisa membayarnya dengan makanan.

"Saya baru saja selesai membetulkan mesin cuci piring dan saya mendapat bayaran spaghetti dan sedikit daging. Saya sudah mulai menerima bayaran seperti ini sejak September 2017. Setidaknya keluarga saya bisa makan sedikit," tutur Altamar seperti dikutip dari Miamiherald.

Krisis ekonomi di Venezuela terus memuncak dalam beberapa bulan terakhir. Negara yang dahulunya kaya raya itu kini harus rela menghadapi inflasi yang mencapai 2.600 persen.

Kelaparan pun jadi pemandangan yang bisa ditemukan dengan mudah di jalan. Altamar sendiri mengaku sudah kehilangan berat badan sebanyak delapan kilogram hanya dalam waktu beberapa minggu. Anak laki-lakinya sering harus tidur tanpa mendapat makanan layak sebelumnya.

Bukan hanya Altamar, banyak orang di Venezuela kini lebih memilih bekerja dengan bayaran makanan. Ada juga seorang teknisi listrik dan tukang kayu yang menolak mengungkap identitasnya telah bekerja demi mendapat makanan selama berbulan-bulan.

"Saya harus menyesuaikan kondisi. Biasanya sebelum bekerja saya bertanya dulu pada klien, apa yang mereka miliki di dapur. Saya kini lebih memilih bertukar jasa dengan makanan daripada uang," kata dia.

Tepung terigu, nasi, minyak sayur, gula, mayonnaise, soda dan barang-barang perawatan diri merupakan beberapa barang yang diburu oleh para pekerja. Nilai barang-barang tersebut kini melebihi uang yang beredar di Venezuela.

 

4 dari 4 halaman

Menjarah peternakan

4. Menjarah peternakan

Kelaparan akibat krisis pangan yang melanda Venezuela membuat beberapa warga bertindak brutal. Agar dapat memperoleh makanan, sekelompok warga melempari seekor sapi menggunakan batu hingga mati.

Seperti dilansir The Daily Mail, kejadian ini terjadi di Hacienda Miraflores, dekat kampung nelayan Palmarito di Merida. Pada hari itu juga terjadi kerusuhan dan penjarahan di wilayah tersebut.

Dalam rekaman video, tampak sekelompok orang mengerumuni seekor sapi di lapangan berumput.

Mereka berteriak "kami lapar" saat mulai melemparkan batu dan memukulkan kayu ke kepala sapi itu. Setelah sapi roboh ke tanah, segera orang-orang mendekat untuk menghabisinya.

"Mereka berburu. Orang-orang itu sedang kelaparan," kata narator yang merekam aksi brutal itu, kemungkinan dari dalam mobilnya.

Menurut media Venezuela, puluhan sapi di sejumlah peternakan menjadi sasaran warga yang kelaparan. Massa menyerang sejumlah peternakan dan menyasar hewan ternak yang ada.

Aksi penjarahan juga menyasar toko-toko dan supermarket di kota. Warga juga menyerang truk distribusi bahan pangan. Insiden ini menyebabkan sedikitnya enam orang meninggal, dua di antaranya akibat tertembak.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.