Sukses

The Body Shop Tutup Toko di Inggris

Liputan6.com, London - Perusahaan ritel kosmetik dan kecantikan the Body Shop akan menutup tokonya di Sutton Coldfield Gracechurch Center, Inggris pada Februari 2018.

Hal itu seperti dikonfirmasi manajemen the Body Shop. "Kami review secara reguler portofolio toko. Kami mengambil keputusan tidak memperbaharui sewa toko di Sutton Coldfield. Toko berhenti pada awal Februari," ujar Juru Bicara the Body Shop seperti dikutip dari laman Birmingham Mail, Sabtu (20/1/2018).

Juru bicara tersebut menambahkan, pihaknya berkomitmen untuk memindahkan tim penjualan ke toko terdekat jika menungkinkan. "Saat ini berkonsultasi dengan mereka yang terkena dampak," tambah pernyataan juru bicara.

Pengumuman tersebut muncul seminggu usai pusat perbelanjaan menginformasikan toko suvenir Magical Story juga akan tutup. Manajer M&G Real Estate yang memiliki Gracechurch Centre, Rupert Milne menuturkan, pihaknya menutup karena the Body Shop memutuskan untuk tutup toko. Ini lantaran ada perubahan tujuan belanja di toko.

"The Gracechurch Centre menarik banyak minat dari berbagai merek nasional dan lokal dan kami diskusi dengan calon pendatang baru untuk mengisi toko," kata Milne.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kata Bos Nielsen soal Penutupan Toko Ritel di Indonesia

Sebelumnya, tren penutupan toko-toko ritel antara lain Lotus, Seven eleven, Matahari juga Debenhams tak hanya terjadi di Indonesia. Perusahaan riset dan informasi, Nielsen menyebut ini adalah tren global, ritel di luar Indonesia pun mengalami hal yang sama.

Marketing Effectiveness Lead, Nielsen Growth Markets Prashant Singh mengatakan, tren global menunjukkan ritel-ritel global juga department store pun tutup. Prashant mengatakan, tren ini disebabkan oleh proximity retail, saat masyarakat lebih memilih untuk belanja di tempat yang dekat dengan lingkungan tempat tinggal.

Prashant menjelaskan, ritel besar, supermarket, hypermarket digambarkan seperti kotak yang besar. Barang yang dijual di ritel besar itu pun bisa didapatkan di minimarket yang dekat dengan lingkungan tempat tinggal masyarakat.

"Supermarket menjadi lebih kecil, dan toko-toko yang dekat dengan lingkungan rumah justru semakin banyak," tutur Prashant di acara AdAsia di Bali Nusa Dua Convention Center, Bali, Rabu 8 November 2017.

Prashant mengatakan, masyarakat kini ingin mendapatkan akses yang semakin mudah untuk berbelanja. Dari toko yang semakin dekat dengan tempat tinggal, lanjut Prashant, tren pun bergerak ke belanja online.

"Ini akan berhubungan dengan e-commerce. Ponsel akan menjadi tempat belanja paling nyaman. Jadi ini menurut saya adalah tren global yang sulit dihentikan," tambahnya.

Prashant juga menampik tren tutupnya ritel karena daya beli masyarakat yang menuruun. Ia menilai ini karena teknologi yang semakin berkembang.

"Saya rasa ini adalah kebiasaan natural, konsumen lebih hemat, dan saya tidak punya pandangan bahwa daya beli masyarakat menurun," ujar dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.