Sukses

Bursa Asia Dekati Level Tertinggi Imbas Dolar AS Tertekan

Pernyataan pejabat AS dan pergerakan dolar AS membayangi bursa saham Asia.

Liputan6.com, Tokyo - Bursa saham Asia mendekati rekor tertinggi pada perdagangan Kamis pekan ini meski kekhawatiran proteksi perdagangan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Selain itu, dolar AS tertekan usai Menteri Keuangan Steven Mnuchin menyambut baik pelemahan mata uang dolar AS tersebut. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,15 persen. Sementara itu, indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,8 persen seiring dolar AS tertekan terhadap yen.

Bursa AS awau wall street pun cenderung bervariasi yang didorong pendapatan perusahaan kuat. Sentimen itu juga mengimbangi kekhawatiran protesi perdagangan oleh Presiden AS Donald Trump.

Selain itu, Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross juga memberikan pernyataan perdagangan China. Otoritas Perdagangan AS sedang selidiki apakah ada kasus untuk mengambil tindakan atas pelanggaran hak kekayaan intelektual China.

"Perang dagang telah berlangsung cukup lama," ujar Ross, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis (25/1/2018).

Di pasar keuangan dolar AS terguncang kekhawatiran perang dagang, kini mendapatkan kejutan lain dari komentar Menteri Keuangan AS Mnuchin yang melihat dolar AS tertekan positif untuk perdagangan AS.

"Dolar AS melemah bagus untuk kami karena berkaitan dengan perdagangan dan peluang," ujar dia.

Indeks dolar AS pun turun 0,98 persen terhadap enam mata uang utama lainnya menjadi 89,15. Angka itu terendah sejak Desember 2014. "Adalah penting Menteri Keuangan AS berbicara tentang keuntungan dari dolar AS yang lebih lemah," ujar Daisuke Uno, Analis Sumitomo Mitsui Bank.

Di pasar keuangan, euro naik ke posisi US$ 1.2415. Jelang pertemuan Bank Sentral Eropa, posisi euro di kisaran US$ 1.2393. Dolar AS tergelinCIR ke 108,965 terhadap yen.

Di pasar komoditas, harga emas melonjak ke level tertinggi dalam 1,5 tahun. Harga emas berada di posisi US$ 1.362 per ounce. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) berada di posisi US$ 65,78 per barel. Harga minyak Brent berada di posisi US$ 70,53 per barel.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Wall Street Bervariasi

Sebelumnya, Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau wall street bervariasi dengan indeks saham Dow Jones mencatatkan penguatan. Sedangkan S&P 500 Nasdaq melemah usai komentar US Commerce Secretary atau Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross mengenai perang dagang melawan China.

Berbicara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Ross mengatakan, otoritas perdagangan AS sedang menyelidiki apakah ada kasus untuk mengambil tindakan atas pelanggaran hak kekayaan intelektual China.

Sentimen itu sempat membuat indeks saham S&P 500 turun 0,5 persen. Akan tetapi, indeks saham Dow Jones dan S&P 500 kembali pulih didorong kinerja perusahaan dan dolar AS yang tertekan mendukung kinerja perusahaan multinasional besar.

Pada penutupan perdagangan saham, Rabu (Kamis pagi WIB), indeks saham Dow Jones naik 41,31 poin atau 0,16 persen ke posisi 26.252,12. Indeks saham S&P 500 turun 1,6 poin atau 0,06 persen ke posisi 2.837,54. Indeks saham Nasdaq susut 45,23 poin atau 0,61 persen ke posisi 7.415,06.

"Secara teknikal wajar bagi pasar untuk sejenak beristirahat sehingga indeks sedikit menurun," ujar Stephen Massocca, Senior Vice President Wedbush Securities, seperti dikutip dari laman Reuters, Kamis 25 Januari 2018.

Indeks dolar AS turun 0,98 persen terhadap sejumlah mata uang lainnya usai Menteri Keuangan AS Steve Munchin menyambut baik pelemahan mata uang dolar AS.

Kekhawatiran terhadap sikap proteksionisme menambah tekanan ke dolar AS. Apalagi usai kebijakan Presiden AS Donald Trump terhadap tarif impor mesin cuci dan panel surya.

Wall street bervariasi dengan indeks saham Dow Jones menguat didorong saham bank yang masuk saham unggulan. Saham bank menguat ikuti imbal hasil surat berharga AS usai dolar AS tertekan. Saham JP Morgan dan Goldman Sachs naik lebih dari satu persen.

Musim laporan keuangan juga membayangi wall street. Sejauh ini, laporan keuangan perusahaan cukup kuat. Berdasarkan survei Reuters, diharapkan perusahaan masuk indeks S&P 500 catatkan pertumbuhan 12,4 persen. Dari 88 perusahaan yang sudah sampaikan laporan keuangan, sekitar 78,4 persen mencatatkan kinerja keuangan di atas harapan.

Namun ada juga kinerja keuangan perusahaan yang tak sesuai harapan. Usai rilis laporan keuangan, saham General Electric melemah 2,66 persen.

Perseroan mengungkapkan penyelidikan mengenai biaya asuransi bernilai miliaran dolar dan melaporkan penurunan pendapatan lima persen jadi sentimen negatif untuk saham General Electrics. Saham Abbott Laboratories melonjak 4,37 persen usai laba kuartalan 2018 mengalahkan perkiraan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.